Suara.com - Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menyebut bahwa alat-alat kesehatan yang digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit di Indonesia 90 persen didominasi produk impor.
Hal inilah yang membuat Menkes mendorong agar industri alat kesehatan di Indonesia berlomba menciptakan inovasi untuk memproduksi alat kesehatan di negeri sendiri, terutama untuk kebutuhan medis dasar seperti masker, gunting, maupun pinset bedah mata.
"Ketergantungan kita masih sangat besar dari produk impor. Masa masker saja kita masih impor. Padahal penderita TBC kita nomor 2 terbesar di dunia, dan kita meminta yang batuk-batuk untuk pakai masker. Bayangkan untungnya memproduksi masker di Indonesia," ujar Menkes Nila di sela-sela 'Workshop Peningkatan Kemanfaatan Alat Kesehatan dalam Negeri' di Jakarta, Senin (19/3/2018).
Ia menambahkan, penting untuk meningkatkan kemandirian alat kesehatan dalam negeri karena pada 2019, kebutuhan alat kesehatan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan, terutama dalam memenuhi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Di Indonesia sendiri, Menkes Nila mengatakan perkembangan jumlah industri alat kesehatan dalam negeri pada awal tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 25,3 persen, yakni 27 industri. Sehingga saat ini telah ada total 242 industri dengan jenis alat kesehatan yang diproduksi sebanyak 294 jenis.
"Meski 90 persen masih impor, kita punya potensi untuk mengembangkan alat kesehatan nasional. Ini yang kita dorong agar setidaknya alat kesehatan dasar seperti gunting atau pinset mata bisa kita buat sendiri," tambah dia.
Untuk mendorong Indonesia sebagai salah satu produsen alat kesehatan berbasis riset, Kementerian Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 63 tahun 2017 tentang Cara Uji Klinik Alat Kesehatan yang Baik.
Dalam Permenkes tersebut dijelaskan terdapat dua jenis uji klinik, yakni uji klinik prapemasaran dan pascapemasaran. Uji klinik prapemasaran adalah uji klinik yang menggunakan produk uji yang belum memiliki izin edar di Indonesia, termasuk uji klinik dengan produk uji yang telah memiliki izin edar untuk indikasi atau maksud penggunaan baru.
Sementara itu, uji klinik pascapemasaran adalah uji klinik yang menggunakan produk uji yang sudah melalui uji klinik prapemasaran dan telah memiliki izin edar di Indonesia untuk mendapatkan data manfaat, keamanan, atau untuk konfirmasi kinerja yang telah disetujui.
Baca Juga: Chef Harada Berencana Berobat ke Jepang Sebelum Meninggal
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia