Suara.com - Cacat jantung pada bayi baru lahir merupakan kondisi bawaan dimana struktur jantung tidak terbentuk sempurna, yang biasanya ditandai dengan munculnya warna kebiruan pada kuku, kulit dan bibir. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kinerja jantung dalam menjaga aliran darah.
Bayi yang mengalami cacat jantung dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan beberapa gejala lain seperti sering sesak napas. Masalah kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat aktivitas penderita jantung bawaan, dan dapat muncul pada umur yang bervariasi bahkan menetap hingga dewasa.
Cacat jantung pada bayi dapat dibedakan sebagai berikut:
• Kelainan katup jantung: menyebabkan gangguan aliran darah. Jika katup terlalu sempit, maka darah tidak dapat mengalir dengan lancar. Sedangkan jika katup tidak dapat menutup dengan sempurna, maka terjadi kebocoran aliran darah dan darah kembali mengalir ke belakang.
• Kelainan dinding jantung: terjadinya kebocoran dinding pemisah jantung sebelah kiri dan kanan sehingga darah yang masuk bercampur dengan darah yang akan keluar dari jantung.
• Kelainan otot jantung: menyebabkan jantung tidak memompa darah dengan seharusnya, hal ini berisiko menyebabkan gagal jantung.
• Kelainan pembuluh darah: menyebabkan aliran darah abnormal dari jantung menuju organ vital lainnya atau sebaliknya. Hal ini juga dapat menyebabkan gagal jantung.
Meski tidak diketahui secara pasti mengapa bayi dapat dilahirkan dengan kondisi jantung yang tidak sempurna, beberapa kondisi ibu saat hamil dapat meningkatkan risiko bayi terlahir dengan cacat jantung, di antaranya sebagai berikut:
1. Faktor genetik
Cacat jantung pada bayi lebih mungkin terjadi pada keluarga dengan riwayat kelainan jantung yang sama.
2. Hubungan darah antara ibu dan ayah
Perkawinan dengan hubungan kekerabatan yang terlalu dekat dapat meningkatkan risiko berbagai kelainan bawaan, salah satunya kelainan jantung. Dalam suatu penelitian di Pakistan, bayi yang dilahirkan dari pasangan yang memiliki hubungan darah memiliki risiko 2,59 kali untuk mengalami cacat pada jantung.
3. Riwayat sindrom metabolik pada ibu hamil
Kondisi gula darah tidak terkontrol, atau diabetes dan obesitas saat sebelum dan sesaat menjalani kehamilan, dapat mengganggu perkembangan janin sehingga dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan kelainan jantung kongenital.
4. Infeksi campak jerman (rubella)
Infeksi rubella dapat menghambat perkembangan jantung pada janin. Vaksinasi rubella sebelum hamil adalah cara yang paling tepat mencegah hal tersebut.
5. Minum obat tertentu saat hamil
Beberapa obat saat hamil dapat meningkatkan risiko perkembangan janin yang tidak sempurna, seperti obat untuk meredakan kejang, obat ibuprofen, obat jerawat dengan isotretinoin, obat topikal dengan retinoid, serta obat antidepresi yang mengandung lithium. Selain itu, beberapa jenis antibiotik dan obat antiviral yang dikonsumsi saat ibu hamil pada trimester pertama juga meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat jantung bawaan.
6. Penggunaan rokok dan narkoba
Beberapa penelitian yang dilansir dari American Heart Association menunjukkan penggunaan narkoba dengan jenis kokain dan ganja oleh ibu hamil dapat meningkatkan risiko dua kali lipat untuk memicu cacat jantung pada bayi. Hal yang sama juga ditemukan pada ibu hamil yang memiliki kebiasaan merokok.
Baca Juga: Polisi Setop Kasus Depe Vs Petugas TransJakarta
7. Paparan bahan kimia
Hal ini dapat terjadi dengan sangat mudah melalui saluran pernapasan dan kulit. Terdapat beberapa jenis bahan kimia yang dapat mengganggu perkembangan janin dalam kandungan, di antaranya:
• Pelarut organik, seperti cat, pewarna, dan cairan thinner
• Zat kimia agrikultur, seperti pestisida, herbisida, dan rodentisida
• Polutan udara, paparan asap sepeti zat monoksida yang terjadi terus menerus selama 3-8 minggu masa kehamilan
• Polutan air, seperti trichloroethylene (TCE), jenis pelarut yang sering digunakan dalam industri tekstil
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia