Suara.com - Asma merupakan salah satu penyakit gangguan pernapasan yang masuk kategori lima besar dengan pengidap terbanyak di Indonesia. Penyakit ini membuat penderitanya sulit bernapas sehingga menurunkan kualitas hidupnya.
Sayangnya obat-obatan belum ada yang mampu memyembuhkan penyakit ini. Menanggapi hal tersebut Prof Dr. Wiwien Heru Wiyono Ph.D Sp.P (K), FISR, mengatakan bahwa yang bisa dilakukan adalah mengontrol asma untuk mengurangi dan mencegah serangan asma.
Lebih lanjut ia menjelaskan, ada dua mekanisme dasar yang memicu serangan asma, yakni saluran napas yang hipersensitif dan peradangan kronik. Pada penderita asma yang hipersensitif, saluran napasnya akan menyempit jika terpapar oleh pemicu seperti alergen, perubahan cuaca, aktivitas berlebihan, polusi udara, infeksi saluran napas, emosi berlebihan hingga obat-obatan tertentu.
"Kalau peradangan kronik itu timbul ketika ada peradangan di saluran mukosa sistem pernapasan. Hal ini memicu produksi lendir yang berlebihan dan saluran napas menjadi sempit," ujar Prof Wiwien pada peringatan World Ashma Day di Kantor Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Senin (30/4/2018).
Serangan asma, tambah dia, bisa hilang spontan maupun dengan pengobatan. Obat pelega merupakan salah satu pertolongan utama bagi penderita asma yang hipersensitif, sedangkan kondisi asma karena peradangan biasanya diatasi dengan obat antiperadangan.
Di Indonesia, kata Prof Wiwien, prevalensi penderita asma menurut survei Riset Kesehatan Dasar 2013 mencapai 4.5 persen. Meski demikian, penanganan asma di Indonesia masih menemui berbagai kendala terutama di era sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) mengatakan ada dua tantangan yang dihadapi dalam penanganan asma di Indonesia. Pertama, kata dia, ketersediaan fasilitas diagnosis asma yang baru bisa dijangkau masyarakat di fasilitas layanan kesehatan tingkat sekunder alias rumah sakit.
"Dilihat dari sistem diagnosis, untuk asma tersedia di layanan sekunder. Di beberapa puskesmas ada, tapi belum di seluruh Indonesia. Ke depannya sebaiknya ada di puskesmas sehingga bisa lebih awal dideteksi dan lebih awal diobati," terang Dr Agus.
Kedua, ketersediaan obat untuk mengontrol serangan asma juga hanya tersedia di rumah sakit. Era JKN, sambungnya, menerapkan sistem rujuk balik. Artinya dalam mendiagnosis asma, puskesmas akan merujuk ke rumah sakit. Lalu untuk mekanisme pengobatan akan dikembalikan ke puskesmas dan merujuk balik ke rumah sakit karena obat-obatan hanya tersedia di fasilitas kesehatan sekunder.
Baca Juga: 6 Tips Ciptakan Liburan Keluarga Makin Menyenangkan
"Sistem rujuk balik hanya menyusahkan masyarakat. Mohon dipertimbangkan lagi sistem ini dan diharapkan obat pengontrol asma tingkat pertama ada di layanan primer," tandas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia