Suara.com - "Saya rasa saya tidak akan bisa bertemu kamu lagi. Maaf. Tolong besarkan anak kita dengan baik." Begitulah pesan terakhir Lini Puthussery, seorang suster yang berada di garis depan perjuangan India melawan virus Nipah, yang ditulisnya pada secarik kertas dan ditujukan untuk sang suami, Sajish Parambath.
Lini meninggal pada Senin (21/5/2018) lalu, meninggalkan seorang suami dan dua anak yang masih kecil-kecil.
Hingga saat ini, virus Nipah telah merenggut belasan nyawa masyarakat Kozhikode, dan memaksa puluhan orang dirawat serta dikarantina.
Virus Nipah, yang bisa menular dari hewan ke manusia, merupakan virus yang sangat sulit didiagnosis.
Gejalanya meliputi demam, muntah-muntah, dan sakit kepala. Tingkat kematian virus Nipah mencapai 70 persen dan belum ada vaksin yang tersedia.
Lini sendiri merupakan suster yang merawat satu keluarga yang telah didiagnosis virus Nipah. Ia diduga menghabiskan waktu semalaman untuk merawat keluarga tersebut.
Menurut berita yang beredar, ketika Lini merasakan gejala yang sama seperti keluarga yang ia rawat, ia langsung ke rumah sakit dan meminta untuk di karantina.
Suaminya, Sajish, adalah seorang akuntan yang bekerja di Bahrain. Ia pulang ke India setelah saudaranya menelepon dan mengatakan bahwa Lini dirawat di rumah sakit.
Kepada BBC, Sajish Parambath juga mengaku sempat ditelpon oleh Lini. "Dia bilang, 'saya sakit dan saya akan pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan," katanya.
Baca Juga: Truk 'Transformer' Terguling di Depan Giant Bekasi Barat
Namun, saat Sajish sampai di Kozhikode pada Minggu pagi, Lini sudah terbaring lemas di ICU.
"Dia menggunakan alat oksigen karena level oksigennya sangat rendah. Dia tidak dapat bicara, tapi dia memegang tangan saya dan menggenggamnya."
Setelah Lini meninggal, seorang kerabat memberikan Sajish catatan terakhir Lini yang sempat ditulisnya. Catatan itu kini banyak disebar di media sosial setelah Sajish membagikan kenangan tersebut pada media-media di India.
Kematian Lini membuat warganet bersedih, dan mengatakan bahwa Lini telah mengorbankan hidupnya. Masyarakat umum, pemerintah, serta pelaku medis kini menyematkan kata 'pahlawan' untuk menggambarkan dedikasi Lini semasa hidup.
Nipah sendiri menduduki urutan nomor satu dari 10 penyakit prioritas WHO yang diidentifikasi akan menjadi wabah besar yang potensial.
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- Jelajah Rasa! Ini Daftar Kota di Jawa Tengah yang Jadi Surganya Pecinta Kuliner
Pilihan
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
Terkini
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang