Suara.com - Maraknya kasus bunuh diri yang dialami pesohor seperti desainer Kate Spade dan koki Anthony Bourdain mengundang tanda tanya di benak warganet. Banyak yang terpikir bahwa popularitas tampaknya bukan jaminan seseorang menjadi bahagia.
Ya, populer dan menjadi pusat perhatian banyak orang tampaknya bisa menjadi bumerang. Di satu sisi, popularitas dapat meningkatkan pundi-pundi. Namun di sisi lain juga dapat menyebabkan depresi berat.
Hal ini dibenarkan oleh psikolog Mellissa Grace. Menurut dia, dalam ilmu psikologi, salah satu penyebab bunuh diri adalah depresi. Meski demikian, ia tak menyangkal bahwa ada beberapa faktor penyebab lainnya, seperti tekanan sosial yang menyebabkan tekanan mental, gangguan mental (seperti schizophrenia, bipolar), hingga penggunaan alkohol secara berlebihan dan obat-obatan terlarang.
Kabar baiknya, peluang bunuh diri akibat depresi berat bisa dicegah. Mellissa mengatakan, butuh tekad yang kuat dari penyandang depresi untuk pulih dari kondisi yang dialaminya.
"Proses pemulihan depresi adalah proses yang aktif dan bukan proses yang pasif. Sikap yang pasrah dan mengharapkan kepulihan hanya dari pertolongan orang lain, tidak akan membantu. Jadi butuh partisipasi aktif dan komitmen agar kondisi depresinya bisa pulih," ujar Mellissa.
Sebagai pencegahan depresi, Mellissa mengimbau agar seseorang menjalani tidur yang cukup minimal 6-8 jam per hari, memerhatikan asupan makanan yang sehat dan menghindari junk food. Memiliki aktivitas seperti berolahraga bisa membantu dalam memulihkan depresi.
"Seseorang juga harus mengenali situasi yang menjadi pemicu gejala depresi. Putuskan kontak dengan orang yang membawa pengaruh negatif dan biasakan bangun ruang pribadi yang sehat. Bicara hanya tentang hal positif pada diri sendiri," ujarnya memberi saran.
Memiliki sistem pendukung seperti keluarga dan sahabat yang benar-benar peduli dengan kondisi depresi yang kita alami, bisa menjadi cara terbaik untuk menjaga kondisi mental tetap sehat.
"Jika perlu, jadwalkan sesi rutin dengan psikolog serta minum obat yang diresepkan psikiater secara teratur," tandas dia.
Baca Juga: Marak Kasus Bunuh Diri, Inikah Penyebabnya?
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?