Suara.com - Tak jarang kita temui remaja yang belum tahu ingin menjadi apa di masa depan. Di satu sisi ada orangtua yang memaksakan jurusan kuliah tertentu pada buah hatinya, berharap anak bisa sukses seperti yang ada dalam bayangannya.
Namun hasilnya, beberapa anak tak termotivasi untuk mengikuti perkuliahan dan menjadi beban baginya menjalani jurusan yang tak sesuai bakat dan minatnya. Lalu pertanyaannya, bagaimana cara agar orangtua bisa mengenali bakat dan minat anaknya?
Seperti disampaikan Fatiyani Pramesti, psikokog dari Ruang Tumbuh, munculnya bakat dan minat dalam diri anak membutuhkan proses panjang mulai dari usia 0 hingga 15 tahun. Meski bakat merupakan karunia genetik yang diberikan Tuhan sejak lahir, anak tak akan menyadarinya jika Ia tak mencoba berbagai bidang dalam kurun waktu tersebut.
"Itu sebabnya saat anak berusia 0-15 tahun orangtua harus memperkenalkan anak dengan semua aktivitas. Biar bakat dan minatnya terlihat. Jadi stimulasi itu penting, jangan sampai anak tidak dikenalkan apapun tapi orangtua konsultasi ke psikolog untuk menanyakan bakat dan minatnya. Itu akan sulit," ujar Fati dalam talkshow bertema "Menyiapkan Gen Z Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0" di Jakarta, Sabtu (21/7/2018).
Sebagai psikolog, Fati pun kerap bertemu para orangtua yang memaksakan bidang tertentu yang tidak disukai buah hatinya. Menurut dia perlu diskusi antara orangtua dan anak untuk mendapatkan jalan keluar.
"Di satu sisi anak akan terbebani menjalani perkuliahan atau profesi yang tidak disukainya. Tapi orangtua tentu punya alasan kenapa mereka tidak setuju dengan pilihan anak. Nah di sinilah anak harus memberikan keyakinan pada orangtuanya bahwa obstacle yang dibayangkan orangtuanya bisa diatasi dan dia juga harus siap dengan segala risikonya," tambah Fati.
Nah untuk para orangtua yang memiliki anak mewakili generasi Z, maka Ia mengingatkan bahwa bakat dan minat anak di zaman now mungkin berbeda dengan zaman dahulu. Itu sebabnya orangtua harus siap menghadapi segala kemungkinan yang ada, termasuk prediksi karier di generasi anak-anaknya nanti.
"Gadget tidak bisa ditampik, tapi berteman. Anak-anak dapat stimulasi bakat dan minat salah satunya dari aplikasi di dalam gadget mulai dari melatih nalar anak, verbal dan lainnya. Tapi tetap harus dibatasi stimulasinya tergantung value masing-masing keluarga," kata Fati menandaskan.
Baca Juga: Tindik Telinga Bayi Ternyata Ada Efek Negatifnya Lho!
Berita Terkait
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
5 Rekomendasi Mobil Bekas selain Brio yang Cocok untuk Anak Kuliahan, Mulai 50 Jutaan
-
Leticia Charlotte Putri Sulung Sheila Marcia, Resmi Jadi Juara Gadis Sampul 2025
-
Second Child Syndrome: Mengapa Anak Kedua Kerap Dianggap Lebih Pemberontak?
-
Winter Festival JEYC Jadi Ruang Belajar Holistik bagi Tumbuh Kembang Anak
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental