Suara.com - Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Eni Gustina, MPH, mengatakan bahwa saat ini, mayoritas penggunaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah untuk penyakit tidak menular.
Ini kata Eni Gustina, terjadi akibat pola makan kurang baik masyarakat Indonesia yang berlangsung sejak kecil.
Untuk itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 63 Tahun 2015 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak.
"Konsumsi gula (orang dewasa) sehari maksimal 50 gram atau sekitar empat sendok makan. Balita hanya 35 gram atau sama dengan tiga sendok makan," kata Eni Gustina dalam acara penandatangan MoU antara PP Muslimat NU - YAICI tentang Edukasi Masyarakat Bijak Menggunakan SKM di Jakarta, Senin, (30/07/2018).
Eni Gustina kemudian menyinggung mengenai polemik Susu Kental Manis atau SKM yang sempat ramai di masyarakat. Menurutnya, jenis ini adalah susu yang dikeringkan, dan memiliki jatah protein hanya sekitar delapan persen dengan kandungan gula mencapai 50 persen.
Meski tidak melarang penggunaan SKM, Kemenkes tidak menyarankan pemberian SKM pada balita dan hanya boleh untuk topping atau pelengkap makanan saja.
"Kita perlu menyikapi dengan benar, dan memberikan dengan bijak. Jangan diberikan dalam bentuk tunggal, seperti untuk minum susu. Kalau kelebihan gula sejak kecil, jantung anak akan bekerja keras dan akan terkompensasi saat mereka dewasa nanti," lanjut Eni Gustina.
Polemik SKM sendiri bermula karena terbitnya surat edaran dari Badan POM dengan No HK.06.5.51.511.05.18.2000 tahun 2018 tentang Label dan Iklan pada produk Susu Kental dan Analognya (sub kategori pangan 01.3) dan menegaskan bahwa SKM bukan pengganti nutrisi.
Untuk menindaklanjuti langkah tegas BPOM dan anjuran Kemenkes RI itu, PP Muslimat NU bersama YAICI sepakat untuk menjalin kerjasama dalam mengedukasi masyarakat mengenai cara mengonsumsi SKM yang tepat.
Baca Juga: Rizal Ramli Temui Anies di Balai Kota, Bahas Dukungan Pilpres?
"Kami menganjurkan asupan pangan kepada anak secara agama. SKM adalah pilihan terakhir, bisa juga tidak dipakai, kalau terpaksa, gunakan secara bijak," kata Ketua Harian II PP Muslimat NU, Dr Hj Sri Mulyati MA
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025