Suara.com - Dalam beberapa tahun terakhir, terapi berteriak atau terapi primal cukup penting, terutama seiring dengan adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan.
Ditemukan oleh Dr Arthur Janov, terapi berteriak melibatkan penggunaan semua energi Anda untuk mendapatkan saluran emosional.
"Ini pada dasarnya berarti bahwa kita semua lahir dengan kebutuhan. Ketika kebutuhan dasar ini tidak dipenuhi, kita akan terluka. Ketika rasa sakit itu cukup besar, membekas dalam otak, rasa sakit biasanya akan cenderung ditahan. Melalui terapi berteriak, rasa sakit ini akan dilepaskan. Rasa menyakitkan yang kita rasakan akan kita temukam keberadaannya dari otak," kata Dr. Arthur dalam video berjudul 'Apa itu terapi primal?' dilansir Times of India.
Banyak psikolog percaya bahwa berteriak bersifat terapeutik. Setelah Anda menemukan jalan untuk membiarkan semua yang Anda rasakan benar-benar keluar, otak Anda secara otomatis akan merasa rileks.
Apa pun yang Anda rasakan, yang telah menyebabkan pembentukan emosi, harus muncul sebelum berubah menjadi gangguan.
Dalam sebuah wawancara Gin Love Thompson, Ph.D., seorang psikoterapis, berbicara tentang sifat penyembuhan dari terapi berteriak.
Menurutnya, terapi ini bisa dilakukan oleh mereka yang sering dibungkam berulang kali, diintimidasi, korban kekerasan dalam rumah tangga yang tidak bisa berteriak ketika diserang, siapa saja yang telah menderita bullying yang parah, siapa pun yang berurusan dengan kesedihan atau masalah psikologis umum seperti depresi dan kegelisahan.
"Terapi berteriak atau pelepasan awal memiliki potensi untuk menjadi terapeutik yang bermanfaat," ujarnya.
Tetapi, pada saat yang sama, yang perlu dicatat adalah bahwa terapi berteriak tidak bekerja untuk semua orang dan tidak boleh dilakukan sendiri. Terapi berteriak perlu dilakukan secara metodis, karena jika tidak, ini bisa dilakukan dengan kesalahan dan menyebabkan kerusakan parah secara psikologis.
Baca Juga: Hasil Pertandingan Liga Inggris Matchday 1 Sabtu 11 Agustus
Jika terapi berteriak dicoba tanpa bimbingan yang tepat, misalnya, jika pasien berada pada tahap lemah atau tidak siap untuk melakukan hal ini, efeknya malah dapat menyebabkan kerusakan psikologis permanen.
Ini berarti bahwa kadang-kadang, pasien dapat menjadi terlalu bergantung pada bentuk terapi ini dan mungkin menemukan hiburan dalam teriakan setiap kali mereka merasakan ketidaknyamanan mental.
Oleh karena itu, sebelum mencoba terapi berteriak, disarankan untuk terlebih dahulu mengidentifikasi akar penyebab rasa sakit yang Anda rasakan an apakah itu dapat diberantas dengan bentuk terapi lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
Terkini
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra