Suara.com - Pernikahan dini kembali menghebohkan Indonesia, seorang siswa sekolah dasar berusia 13 tahun dengan inisial RK dilaporkan menikahi siswi SMK berinisial MA yang terpaut empat tahun diatasnya.
Banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya pernikahan di bawah umur, mulai dari pengaruh adat istiadat hingga suka sama suka. Namun tentu saja karena terjadi di bawah umur, akan ada dampak kesehatan yang muncul akibat pernikahan dini.
Salah satu risikonya adalah kanker serviks. Ya, disampaikan dokter sub-spesialis Obstetri dan Ginekologi Onkologi dari RSCM Jakarta, Prof. dr. Andrijono, pernikahan dini dapat meningkatkan risiko kanker serviks pada pihak perempuan.
"Salah satu teorinya kalau menikah dengan usia yang masih muda sekali itu rentan terkena kanker serviks. Alasannya usia serviks masih terlalu muda sehingga mudah dipenetrasi oleh virus," ujar dr Andrijono pada Suara.com belum lama ini.
Seperti diketahui kanker serviks terjadi karena penularan virus HPV melalui hubungan seks. Dari 100 jenis tipe virus HPV, Prof Andrijono mengatakan bahwa HPV tipe 16, 18 dan 52 yang paling sering menyebabkan kanker serviks. Biasanya virus ini ditularkan melalui hubungan seksual dengan penderita.
"Tanpa pernikahan dini prevalensi kanker serviks juga sudah tinggi apalagi jika ditambah banyaknya pernikahan di bawah umur. Sehingga kita setuju kalau pemerintah menaikkan batas usia pernikahan menjadi 17 tahun," tambah dia.
Sementara itu di sisi lain, dokter spesialis anak Dr dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi menuturkan jika pernikahan dini di usia anak-anak juga bisa memicu calon buah hati mereka terlahir stunting. Padahal Indonesia sedang gencar-gencarnya memerangi stunting lewat intervensi perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.
"Kalau remaja dia sudah hamil maka janinnya berisiko akan kurang gizi, kurang iodium, anemia dan pendidikan rendah. Kalau siklus ini tidak dihentikan maka 30 persen generasi kita akan jelek" ujar Soedjatmiko.
Ia menambahkan, kalau saat balita tubuhnya pendek, maka saat remaja, tinggi anak tersebut juga cenderung pendek. Maka pada usia lanjut akan berisiko pula mengidap penyakit metabolik, jantung, obesitas, diabetes, hipertensi seperti siklus yang tiada habisnya.
Itulah dampak pernikahan dini dari sisi kesehatan, mulai dari kanker serviks hingga stunting yang bisa dicegah dengan mencegah terjadinya pernikahan dini.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
Terkini
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi