Suara.com - Stunting merupakan masalah gizi yang menjadi momok bagi bangsa Indonesia di masa mendatang. Pasalnya stunting tak hanya memengaruhi perawakan seseorang menjadi pendek namun juga menggerogoti fungsi kognitifnya.
Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan prevalensi balita (bawah lima tahun) di Indonesia mencapai 37 persen. Jumlah ini tentu saja bisa mengalami peningkatan jika tak diintervensi sejak dini.
Disampaikan Dokter Anak Sub Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik Pada Anak, Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, SpA(K) anak yang stunting memang ditandai dengan perawakan pendek, tapi tak semua anak pendek mengalami stunting.
Lalu bagaimana mendeteksi anak kita tergolong stunting atau bukan? Dokter Damayanti mengatakan bahwa orangtua harus melalukan pemantauan status tinggi dan berat badan anak secara rutin. Anak yang berusia di bawah dua tahun bisa diukur tinggi badannya dalam posisi tidur, sementara anak-anak di atas dua tahun bisa diukur dalam keadaan berdiri.
"Kalau sudah tahu hasilnya langsung diplot ke grafik WHO yang biasanya ada di buku KIA. Kalau anak stunting maka tinggi dia akan berada di grafik bawah. Kalau tinggi badan dia berada di grafik minus 2 atau minus 3 itu juga sudah tergolong pendek dan sangat pendek," ujar Damayanti dalam temu media yang dihelat Nutricia, di Jakarta, Kamis (13/9/2018).
Selain memonitor tinggi badan anak, orangtua, kata dia juga harus memantau berat badan anak. Stunting biasanya ditandai dengan penurunan berat badan dan penurunan fungsi kognitif anak. Hal ini kerap terjadi ketika anak berusia 3-24 bulan.
"Di dua tahun pertama kehidupan, 50 persen dari energi yang anak konsumsi akan dipakai untuk pertumbuhan otak. Bayangkan kalau jumlah berat badannya berkurang, maka yang harus dikorbankan pertumbuhan otaknya. Jadi kalau berat badan anak tiba-tiba berkurang waspadai stunting," tambah dia.
Yang menjadi masalah adalah kondisi malnutrisi di 1000 hari pertama kehidupan bersifat permanen atau tak bisa diperbaiki. Anak yang stunting tidak hanya menyebabkan tubuhnya pendek tapi juga mengalami gangguan kecerdasan, gampang sakit, dan mengalami gangguan pembakaran lemak yang menyebabkan anak jadi mudah obesitas ketika dewasa.
"Kalau tubuh anak pendek atau sangat pendek sampai grafiknya di bawah minus 3, maka anak nggak bisa masuk sekolah artinya bisa terjadi degradasi mental. Produktivitas negara bisa berkurang 19.8 persen jika generasi penerusnya stunting. Jadi yang kita khawatirkan masa depannya," lanjut Damayanti.
Baca Juga: Positif Sabu, Pacar Ozzy Albar Tak Ditahan
Karena tak bisa diperbaiki, hal yang bisa dilakukan adalah mencegah agar anak Indonesia tidak mengalami stunting. Itu sebabnya Ia mengimbau para orangtua untuk merujuk anaknya yang mengalami tanda-tanda stunting ke dokter spesialis anak. Dokter nantinya, kata dia, akan dapat mengenali apakah perawakan pendek yang dialami anak tersebut merujuk pada stunting atau penyakit genetik.
Jika tergolong stunting maka asupan nutrisi anak harus diintervensi lewat penambahan asupan energi, protein hewani dan stimulasi. Anak kata dia, juga harus tidur cukup di malam hari untuk merangsang produksi hormon pertumbuhan.
"Perbandingan protein dan energi harus 10 persen. Nggak bisa banya protein nabati, tapi harus hewani. Misal kebutuhan kalori anak 1000 maka 100 gram itu protein hewani. Anak juga harus mendapat hormon pertumbuhan artinya anak harus tidur cukup. Jadi jam 8 malam harus masuk kamar tidur," tandas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
Terkini
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru