Suara.com - Kanker perempuan yang meliputi kanker payudara, serviks dan ovarium tak hanya berbiaya tinggi namun juga dapat menyebabkan kematian karena komplikasinya. Dr Nurlina Subair, MSi, Perwakilan Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan (A2KPI), mengatakan bahwa jika digabungkan maka jumlah kasus kanker payudara, serviks dan ovarium mencapai sekitar 27 persen dari total kasus kanker di Indonesia.
"Hal ini menimbulkan kondisi yang dilematis pada kerangka akses sistem penatalaksanaan kanker perempuan. Di mana, dari segi pembiayaan yang tinggi untuk berobat tidak diikuti dengan tingkat pemenuhan hak pasien untuk mendapatkan layanan penatalaksanaan kanker yang berkualitas oleh sistem yang berjalan saat ini," ujar Nurlina dalam temu media, Kamis (8/11/2018).
Data dari Globocan 2018 menyebutkan angka kejadian kanker payudara pada perempuan di Indonesia yang didiagnosis kanker adalah yang paling tinggi (sekitar 42,1 persen) dan menjadi penyebab kematian kedua secara global.
Tingginya angka pasien kanker perempuan tersebut menjadi alasan utama untuk terus menyerukan pentingnya memperkuat kebijakan serta sistem kesehatan di Indonesia.
"Sebagai ‘tiang negara’, beban perempuan dengan kanker tidaklah ringan. Selain tetap harus menjalankan perannya sebagai seorang perempuan, mereka juga harus bergulat dengan penyakitnya yang seringkali dihadapkan dengan minimnya akses terhadap informasi yang benar tentang kanker yang dideritanya," tambah dia.
Untuk itulah A2KPI kata Nurlina mendukung kampanye 'Treatment for All', yang dicanangkan oleh Union for International Cancer Control (UICC), sebuah organisasi internasional beranggotakan lebih dari 1.000 organisasi kanker di dunia dan memfokuskan diri pada program pengendalian kanker.
Prof. DR. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD-KHOM, FACP sebagai Ketua Yayasan Kanker Indonesia dan Perhimpunan Onkologi Indonesia menambahkan, kampanye ini bertujuan untuk menurunkan kematian dini akibat kanker mengacu pada empat pilar utama yaitu; perbaikan data kanker untuk keperluan kesehatan masyarakat, akses terhadap deteksi dini dan diagnosis, pengobatan tepat waktu dan akurat serta pelayanan paliatif dan pendukung.
"Kita harap dengan treatment fo all akses penderita kanker terhadap diagnosis dan pelayanan bisa merata dan berkeadilan," tandas Prof Aru.
Baca Juga: Doyan Begadang Tingkatkan Risiko Kanker Payudara?
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah