Suara.com - Penyakit jantung koroner, termasuk serangan jantung, merupakan penyebab kematian utama di dunia. Sayangnya tak semua masyarakat mengenali gejala khas serangan jantung sehingga penanganan tertunda dan nyawa pasien menjadi tak tertolong.
Disampaikan spesialis jantung dan pembuluh darah RS Jantung Diagram Siloam Hospitals Group, Dr. M. Barri Fahmi, SpJP, serangan jantung disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke pembuluh darah jantung secara mendadak.
Karena serangan jantung terjadi mendadak dan menyebabkan kerusakan yang dahsyat pada otot jantung. Ia menyebut ada tiga ciri khas gejala serangan jantung antara lain terasa nyerinya seperti ditekan, ditindih atau seperti dihantam benda tumpul.
"Bukan seperti ditusuk-tusuk atau disayat. Lalu durasi nyeri juga berlangsung selama 15 menit hingga 20 menit. Pencetusnya diantaranya adalah stres emosional atau kelelahan fisik," ujar dr Barri saat memberi edukasi soal Penanganan Emergency Pasien Serangan Jantung Akut di Rumah Sakit Jantung Diagram, Cinere, Depok, dalam keterangan resminya.
Meski demikian, ia menambahkan, serangan jantung kerap tidak menunjukan gejala khas pada beberapa orang, terutama pada perempuan, orang berusia lanjut, dan penderita diabetes. Hal itu disebabkan adanya neuropati diabetik yang merusak saraf pengatur kerja jantung.
"Tak heran apabila serangan jantung pada penderita diabetes disebut dengan silent killer," tambah dia.
Untuk mengidentifikasi terjadinya serangan jantung, dr Barri mengatakan pasien perlu melakukak pemeriksaan elektrokardiografi (EKG), cek laboratorium seperti enzim jantung yang spesifik, serta pemeriksaan lain yang menunjang termasuk kateterisasi jantung.
"Jika positif terjadi serangan jantung, maka diperlukan tindakan segera untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah koroner. Tindakan tersebut dikenal dengan nama Primary Percutaneous Coronary Intervention atau PPCI," jelasnya.
Menurut Barri, PPCI adalah tindakan minimal invasif yang harus dilakukan segera dalam waktu kurang dari 12 jam sejak terjadinya serangan jantung. Tindakan ini dilakukan di ruang kateterisasi oleh dokter jantung konsultan intervensi dan didukung oleh tim perawat yang berpengalaman.
Baca Juga: Blak-blakan Ovi Sovianti soal Keputusannya Pindah Agama
PPCI menggunakan bius lokal dan biasanya dilakukan melalui pembuluh darah di pergelangan tangan atau paha. Pasien sadar penuh selama prosedur dan bisa berkomunikasi dengan dokter setiap saat. Setelah ditemukan adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner, dokter akan memasang stent atau ring.
"Durasi dari tindakan ini berkisar 1 jam hingga 2 jam, tergantung dari beratnya sumbatan yang ditemukan. Setelah dilakukan pemasangan stent atau ring, pasien akan dirawat di ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) untuk pemantauan lebih lanjut. Jika tidak ada penyulit atau komplikasi biasanya pasien bisa pulang dalam waktu empat hingga lima hari," pungkas Barri.
Sementara Dr. Jeffrey Wirianta, SpJp, FIHA selaku Interventional Cardiologist mengatakan pihaknya terus melakukan sosialisasi sebagai upaya untuk melayani pelayanan BPJS terhadap penyakit jantung.
"Di antaranya di komunitas, perkumpulan olahraga, hingga perkumpulan oma-opa," imbuhnya.
Berita Terkait
-
Aduh, Kemacetan di Jakarta Tingkatkan Risiko Serangan Jantung
-
Catat, Daftar Buah yang Punya Manfaat untuk Kesehatan Jantung
-
Hanya Duduk 3 Jam, Pembuluh Darah Menyempit Hingga 50 Persen!
-
Masih di AS, Anak ke-2 Pasrah Tak Hadiri Pemakaman George Taka
-
George Taka ke Istri Sebelum Meninggal: Kalau Saya Nggak Ada...
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!