Suara.com - Kanker usus besar merupakan jenis kanker ketiga yang paling sering terjadi di dunia. Bahkan dalam setahun tercatat hampir 1,4 juta kasus baru terdiagnosis pada 2012. Berdasarkan data Globocan (IARC) tahun 2012, jumlah penderita kanker usus besar terus meningkat seiring dengan perubahan lingkungan dan gaya hidup.
Disampaikan dr. Eko Priatno, Sp.B(K)BD dari Bethsaida Hospital, perubahan pola makan orang Indonesia belakangan lebih tinggi lemak serta rendah serat. Dan hal ini menjadi salah satu penyebab peningkatan kasus kanker usus besar di usia muda. Hal ini juga diperparah dengan kebiasaan tak sehat lainnya seperti mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, dan kurang oIahraga.
"Faktor genetik seperti menderita familial adenomotous polyposis (FAP) dan memiliki keluarga dengan riwayat kanker usus besar juga dapat meningkatkan faktor risiko seseorang menderita penyakit kanker usus besar," ujar dr. Eko dalam temu media di Bethsaida Hospital, Serpong, Kamis (6/12/2018).
Menurut dr. Eko, kebanyakan orang baru menyadari terkena kanker usus besar saat merasakan gejala. Padahal pada stadium awal, kanker kolorektal atau usus besar sering tidak menimbulkan gejala, sehingga kebanyakan pasien baru mendapatkan diagnosis saat telah mencapai stadium lanjut.
"Diagnosa yang cepat dan penatalaksanaan (terapi) yang tepat sangat dibutuhkan. Beberapa jenis pemeriksaan kanker usus besar bisa melalui deteksi klinis pada pola buang air besar, pemeriksaan kolonoskopi untuk melihat massa pada mukosa kolon, atau jika perlu dilakukan biopsi untuk memastikan kanker atau bukan," tambah dia.
Jika hasil biopsi seseorang positif menunjukkan adanya sel kanker, maka dr. Eko merekomendasikan pemeriksaan lainnya yang lebih komprehensif yakni CT scan abdomen dan thorax untuk menentukan stadium atau seberapa jauh kanker sudah menyebar.
Sementara itu untuk penanganannya, kasus kanker usus besar bisa diatasi dengan keyhole surgery yang bersifat minimal invasif. Menurut dr. Eko, keuntungan dari teknik keyhole surgery antara lain sayatan yang minimal, proses pemulihan yang lebih singkat daripada bedah konvensional, nyeri yang minimal, dan waktu rawat yang singkat.
"Pembedahan adalah solusi terbaik menurunkan kekambuhan dan meningkatkan angka harapan hidup jika terdeteksi pada stadium awal. Pasien tidak perlu khawatir karena kanker usus bisa disembuhkan," tandas dia.
Baca Juga: Kasus Kosmetik Ilegal, Polisi Ingin Korek Ini dari Nia Ramadhani dkk
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif