Suara.com - Apakah Anda salah satu dari generasi nunduk yang ketergantungan dengan gawai? Jika ya, maka Anda berisiko mengalami saraf kejepit leher akibat kebiasaan ini.
Disampaikan dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS dari Lamina Pain and Spine Center, nyeri leher atau leher kaku menjadi penyakit yang sering dialami anak muda zaman now.
Fenomena baru ini terjadi seiring dengan banyaknya orang yang tak bisa lepas dari penggunaan gawai baik untuk sarana hiburan, komunikasi, hingga pekerjaan.
"Nunduk berjam-jam main gawai menyebabkan generasi sekarang berisiko mengalami masalah di tulang belakang, terutama leher. Kita sering sakit kepala, migrain, itu ternyata kalau ditelusuri dari leher juga problemnya. Dan 10 persen nyeri di leher disebabkan oleh saraf kejepit," ujar dr. Mahdian dalam temu media di RS Meilia Cibubur, Selasa (19/2/2019).
Saraf kejepit sendiri, kata dr. Mahdian, merupakan kondisi dimana isi bantalan antar-ruas tulang belakang bocor sehingga menekan saraf.
Bantalan tulang sendiri berperan sebagai penyerap kejutan, bersama dengan dua sendi kecil di belakang leher akan membantu manusia untuk menggerakkan lehernya.
"Kalau saraf kejepit di leher bisa memicu nyeri menjalar hingga ke lengan. Cirinya ada kesemputan di lengan bawah hingga jari. Otot menjadi lemah," imbuh dia.
Selain rasa nyeri yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien, saraf kejepit ini juga bisa membuat seseorang tidak produktif karena otot lengannya menjadi lemah. Pijat terapi atau konsumsi obat, menurut dr. Mahdian, kurang efektif dalam mengatasi saraf kejepit.
Salah satu metode yang efektif dalam membuka bantalan tulang yang terjepit ini adalah operasi. Namun banyak masyarakat yang beranggapan bahwa operasi dapat memicu kelumpuhan dan meninggalkan luka sayatan yang besar.
Baca Juga: Korban Kebakaran Sukabumi, Ayah Ibu dan Anak Ditemukan Tewas Berangkulan
Menjawab kekhawatiran ini, kata dr. Mahdian, ada teknologi yang dapat meminimalkan luka sayatan dan risiko pascaoperasi saraf kejepit, yakni Percutaneous Endoscopic Cervical Discectomy (PECD) atau sering disingkat pula menjadi Endoskopi Servical.
Bahkan teknik operasi ini sudah dijalankan dr. Mahdian sejak November 2018 di RS Meilia Cibubur. Menurut dia, tak mudah untuk mewujudkan teknik yang sudah dikenal sejak tahun 1990-an di negara lain, tapi baru bisa diterapkan di Indonesia baru-baru ini.
”Masalah mahalnya alat yang harus dibeli dokter atau rumah sakit, menjadi masalah yang harus menjadi perhatian bersama,” imbuhnya.
Dalam teknik PECD, dr. Mahdian menjelaskan ada dua pendekatan yang dipakai, yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang).
Keduanya bertujuan menghilangkan herniasi bantalan sendi tulang belakang yang menyebabkan penekanan pada saraf tulang belakang, dengan bantuan penglihatan langsung melalui kamera endoskopi yang ditampilkan pada layar.
"Selain sayatan yang minimal, hanya 4 mm, operasi ini juga dapat dilakukan melalui anastesi lokal saja. Waktu operasi pasien juga menjadi lebih singkat, pemulihan cepat, kerusakan jaringan lebih minimal," terang dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan