Suara.com - Glioblastoma salah satu jenis tumor otak agresif yang bersifat kanker dan menyerang bagian sumsum tulang belakang dekat otak.
Tumor ini bermula pada astrosit, yakni sel yang berfungsi memberi makan dan mendukung sel saraf (neuron) di otak.
Tetapi, glioblastoma dapat mengandung berbagai jenis sel otak, termasuk sel otak mati. Jenis tumor ini tumbuh sangat cepat di dalam otak meskipun jarang menyebar ke bagian tubuh lain.
Secara umum dilansir dari healthline.com, tingkat kelangsungan hidup penderita glioblastoma sekitar 15 hingga 16 bulan, terutama pada orang yang menjalani pengobatan operasi, kemoterapi dan perawatan radiasi.
Sebenarnya tingkat kelangsungan hidup setiap penderita glioblastoma berbeda. Beberapa orang tidak sanggup bertahan lama, ada pula yang bisa bertahan lebih dari 5 tahun meskipun sangat jarang.
Dalam kondisi ini, penderita glioblastoma anak-anak memiliki peluang hidup lebih lama daripada orang dewasa. Sekitar 25 persen anak-anak dalam kondisi ini dapat bertahan selama 5 tahun atau lebih.
Menurut American Cancer Society, tingkat kelangsungan hidup penderita tumor otak dan sumsum tulang belakang tergantung usia. Bagi penderita yang berusia 65 tahun atau lebih umumnya memiliki peluang hidup lebih kecil.
Jika dijabarkan, penderita glioblastoma usia 20-44 tahun memiliki peluang hidup 5 tahun sekitar 19 persen, penderita usia 45-55 tahun sekitar 8 persen dan penderita usia 55-64 tahun sekitar 5 persen.
Melansir dari medicinet.com, umumnya sebagian besar perawatan kanker otak jarang membuat penderita sembuh total dan bisa bertahan hidup lebih lama.
Baca Juga: Idap Kanker Otak, Agung Hercules Dikenal Jalani Pola Hidup Sehat
Meski begitu, pengobatan dan perawatan kanker otak sangat diperlukan guna mencegah penyakit ini lebih agresif atau mengakibatkan kematian yang lebih cepat.
Pengobatan dapat memperpanjang kelangsungan hidup sehingga penderita dapat meningkatkan kualitas hidupnya selama beberapa waktu.
Karena itu, diskusi antara penderita dan orang-orang yang merawatnya sangat perlu ketika memutuskan pengobatan kanker otak.
Berita Terkait
-
Bukan Fiksi, Film Ini Tampilkan Perjuangan Nyata Melawan Tumor Otak
-
Epilepsi 16 Tahun Sembuh! Tonton Perjuangan Tim Dokter dalam Film Awake Brain Surgery
-
Jadi Penyebab Kematian Terbanyak di Indonesia, Kenali Tanda Kanker Otak di Setiap Anggota Tubuh
-
Sembuh dari Tumor Otak, Gugun Gondrong Berniat Nikah Lagi
-
Sembuh dari Tumor Otak, Gugun Gondrong Ternyata Masih Rutin Berobat
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
Terkini
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern