Suara.com - Stop Penyebaran Hepatitis C, Pemerintah Siapkan Obat Teruji
Hepatitis C adalah penyakit peradangan organ hati yang diakibatkan oleh infeksi virus hepatisis C. Jika tidak diobati dengan baik, penderita hepatitis C berisiko tinggi menderita penyakit liver kronis sampai sirosis hingga mengalami kanker hati.
Di Indonesia, hanya 3.818 dari 6.763 orang penderita hepatitis C yang melakukan pengobatan dengan baik.
Padahal menurut Sekjen Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI)n Dr. dr. Andri Sanityoso Sulaiman, Sp.PD KGEH, tingkat keberhasilan obat hepatitis C sangat tinggi sampai 97 persen.
"Obatnya gratis dan biasanya diberikan selama tiga bulan untuk yang belum sampai sirosis. Kalau yang sudah sirosis diberikannya enam bulan dengan angka keberhasilan yang bagus," kata dr. Andri di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin, (22/7/2019).
Obat yang disebut Direct Acting Antiviral atau DAA secara perlahan dapat menggantikan obat hepatitis C lain yang sudah tersebar yaitu interferon.
Jika dibandingkan DAA yang memiliki tingkat keberhasilan sampai 90 persen, interferon dianggap hanya memiliki tingkat keberhasilan 50 sampai 60 persen.
Belum lagi lama konsumsi obat yang sangat berbeda. Obat DAA dikonsumsi secara oral selama 12 samlai 24 minggu dengan klaim efek samping yang ringan.
Sementara interferon dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara injeksi dan dilakukan selama 48 minggu dengan satu paket pengobatan mencapai Rp 120 sampai Rp 150 juta. "Hal itu yang membuat banyak pasien putus obat," kata dr. Andri lagi.
Baca Juga: Izin Sudah Habis, 3000 Kapal Ikan Tetap Membandel Melaut
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki target eliminasi hepatitis B dan C pada 20130 mendatang.
"Masalahnya hepatitis C tidak menyebar merata di seluruh penduduk karena ada apot-spot yang tinggi misalnya pada (komunitas) homoseksual dan pengguna narkoba. Tapi kalau populasi umum angkanya rendah. Jadi programnya harus menuju kelompok tadi itu."
Hepatitis C sendiri dapat ditularkan melalui transfusi darah dan organ yang tidak terskrining, kontak dengan darah, hubungan seksual yang tidak aman, serta penggunaan jarum yang tidak aman.
Obat DAA saat ini sudah tersedia di 37 rumah sakit yang tersebar di 15 provinsi. Hal ini dilakukan pemerintah untuk stop penyebaran hepatitis C.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Waspada Super Flu Subclade K, Siapa Kelompok Paling Rentan? Ini Kata Ahli
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular