Suara.com - Jangan Disepelekan, Nyeri Sendi Bisa Picu Depresi Hingga Kematian
Berdasarkan data dari RISKESDAS 2018, prevalensi penyakit sendi di Indonesia tercatat sekitar 7,3% dan osteoarthritis (OA) atau radang sendi merupakan penyakit sendi yang umum terjadi.
Meski sering dikaitkan dengan pertambahan usia, atau dikenal sebagai penyakit degeneratif, penyakit sendi telah terjadi pada masyarakat di rentang usia 15-24 tahun (angka prevalensi sekitar 1,3 %) , angka prevalensi terus meningkat pada rentang usia 24 35 tahun (3,1 %) dan rentang usia 35-44 tahun (6,39%).
Tak jarang bila penyakit sendi khususnya osteoarthritis dilaporkan sebagai salah satu penyebab tidak langsung berkurangnya produktivitas kerja.
Meski dikenal sebagai penyakit degeneratif, nyeri sendi tidak bisa dianggap sepele. Sebab efek dari osteoartritis bisa sangat parah, bukan lagi sebatas mengganggu kualitas hidup serta berkurangnya produktivitas kerja, tetapi bisa memicu depresi hingga kematian.
"Osteoartritis merupakan penyakit nyeri sendi yang awam terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Meski dikenal sebagai penyakit degeneratif, belakangan osteoartritis juga dijumpai pada penduduk usia produktif yang aktif dan dilaporkan sebagai salah satu penyebab tidak langsung berkurangnya produktivitas kerja. Jika tidak ditangani dengan baik, osteoartritis dapat mengganggu kualitas hidup, penderita bisa mengalami depresi karena tidak produktif, merasa tidak berguna, kemudian depresi, kalau sudah fatal bisa nekad bunuh diri," ungkap dokter dr. Deasy Erika, Sp. KFR, dokter spesialis Kedokteran Fisik saat ditemui Suara.com di Jakarta belum lama ini .
Permasalahan osteoarthritis semakin dekat dengan penduduk usia produktif di Indonesia karena Indonesia dinobatkan sebagai negara ketiga yang paling buruk keseimbangan antara kerja dan kehidupan dengan angka mencapai 14,3 % penduduk usia produktif yang bekerja lebih dari 60 jam/ minggu.
"Penyakit nyeri sendi jika tidak ditangani secara serius diperkirakan akan menjadi penyebab ketidakberdayaan keempat penderita di dunia pada 2020. Selain faktor genetik dan kelebihan berat badan, gaya hidup tidak sehat, kurang aktif bergerak dan cedera merupakan beberapa faktor pendorong osteoarthritis pada usia produktif," tandasnya.
Baca Juga: Manfaat Menakjubkan Salat Tarawih bagi Kesehatan Otot dan Sendi
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
Terkini
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana