Suara.com - Lutut Bunyi Krek Saat Berjalan, Waspadai Kondisi Pengapuran Sendi
Pernahkah Anda mendengar bunyi krek saat menggerakkan lutut saat berjalan? Jika ya, maka waspadai kondisi pengapuran sendi atau osteoarthritis.
Umumnya kondisi ini dialami orang yang lanjut usia. Bahkan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa osteoartritis merupakan satu-satunya penyebab kecacatan paling sering pada usia lanjut. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2017 juga mencatat bahwa 1 dari 3 orang usia lanjut di Indonesia mengalami osteoartritis setidaknya pada satu sendi.
Disampaikan Dr. dr. Franky Hartono, Sp.OT (K) selaku Kepala Divisi Hip, Knee, and Geriatric Trauma (HKGT) Orthopaedic Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk, berbeda dengan osteoporosis yang merupakan kondisi pengeroposan tulang, osteoartritis adalah kondisi penipisan tulang rawan pada sendi. Tulang rawan yang menipis akan menyebabkan tulang di dalam sendi saling bersentuhan, sehingga menyebabkan nyeri, bengkak, kaku, dan sulit bergerak.
"Proses osteoartritis terjadi secara perlahan selama bertahun-tahun, dimana seiring bertambahnya tingkat penipisan tulang rawan, gejala nyeri yang muncul juga akan meningkat," ujar Dr Franky dalam temu media di Siloam Hospital Kebon Jeruk, Jumat (12/4/2019).
Dalam kesempatan yang sama, dr Karina Besinga Sp.OT (K) menambahkan, selain nyeri saat beraktivitas dan sendi kaku, gejala lain yang harus diwaspadai pengapuran sendi adalah munculnya bunyi kretek saat menggerakkan sendi. Biasanya bunyi ini muncul disertai gejala nyeri.
"Kretek yang tanpa nyeri seperti naik turun tangga bunyi kretek itu nggak papa. Kalau bunyi kretek yang menandakan penyakit itu disertai nyeri dan kekakuan. Ketika bangun tidur pindah ke dinamis ada fase kaku. Kalau digerakin 10-15 menit baru normal," imbuhnya.
Masalah pengapuran sendi sendiri yang sudah pada tingkat lanjut, tambah dr Franky diperlukan tindakan untuk memperbaiki lapisan sendi. Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan, salah satunya artroskopi yakni prosedur memasukan lensa kecil ke dalam sendi lutut untuk melihat kondisi, memperbaiki, dan menjahit lapisan sendi yang robek atau lecet.
Baca Juga: Perkuat Otot Kaki dan Lutut dengan 4 Latihan Berikut Ini
"Bila penipisan tulang rawan sudah Iebih dalam dan luas, maka tidak cukup diperbaiki dengan tindakan artroskopi saja. Pada keadaan tersebut, sendi yang rusak perlu dilapisi dengan implan dengan teknik Total Knee Arthroplasty, yaitu mengganti seluruh permukaan sendi lutut dengan implan," imbuhnya.
Namun, tidak semua pasien dengan osteoartritis mengalami kerusakan di seluruh permukaan sendi. Untuk menghindari pemotongan bagian sendi iutut yang masih sehat, dr Franky menganjurkan tindakan Unicompartmental Knee Arthroplasty (UKA) atau operasi penggantian sendi lutut secara sebagian.
"Teknik ini memiliki banyak kelebihan karena hanya sebagian sendi lutut yang dibuang maka luka operasi menjadi lebih kecil. Pada teknik ini hanya 25 persen permukaan sendi yang dibuang dengan pendarahan operasi yang lebih sedikit sehingga luka operasi lebih cepat sembuh," imbuhnya.
Pasien yang telah menjalani operasi UKA kata dia, juga menyatakan bahwa keluhan nyeri pasca operasi lebih ringan. Dalam waktu rata-rata 1-2 hari, pasien dapat mulai latihan berjalan sehingga pasien memerlukan waktu rawat inap yang lebih singkat dibandingkan operasi penggantian sendi lutut jenis total.
"Dengan tidak memotong sendi yang masih sehat, pergerakan Iutut pasien akan terasa lebih alami dan mempunyai kemampuan menekuk lutut lebih luas bahkan untuk bersila, jongkok, dan melakukan olahraga Iow-impact. Tindakan ini cocok untuk para penderita osteoartritis dengan gangguan di bagian tengah lutut yang masih ingin bergerak aktif dan melakukan kegiatan produktif sehari-hari," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?