Suara.com - Kehidupan masa kanak-kanak dan remaja seharusnya menjadi momen yang paling menyenangkan. Namun tidak bagi Ine, seorang gadis 16 tahun yang menerima banyak bullying dari lingkungan karena kondisi fisiknya berbeda.
Melakui akun Twitternya, Ine memperkenalkan dan menceritakan kondisinya, sekaligus mencari teman. Ia adalah penderita sindrom marfan, suatu penyakit langka yang belum ada obatnya.
"Aku divonis marfan syndrom dari umur 9 bulan. Sebelum aku diketahui kalau aku mempunyai penyakit sindrom marfan, mamaku sempet curiga karena ciri-ciri tubuhku ada yang tidak normal," tulis Ine di Twitter.
Sejak itu Ine mengunjungi dokter dan mengetahui ternyata penyakitnya sudah memengaruhi mata, tulang, dan jantung. Dokter lantas menyarankannya operasi mata. Jika tidak, ia bisa saja buta.
"Aku dioperasi ketika usiaku sekitar 4 atau 5 tahun, dioperasi 2kali (mata kanan & kiri) tapi tidak dalam waktu yang bersamaan. Aku sangat bersemangat & nggak ada rasa takut, mungkin karena aku masih kecil dan belom ngerti apa-apa," tulisnya.
Gadis asli Pati ini pun harus bolak-balik Jakarta-Pati demi melakukan pengobatan penyakitnya. Namun setelah beberapa waktu pasca operasi, Ine mulai merasakan hal aneh di mata kirinya yang terus berair sampai akhirnya gelap.
Ternyata mata sebelah kiri Ine mengalami buta permanen. Saat itu, Ine dan ibunya tidak bisa melakukan apapun selain berserah kepada Tuhan.
Darahnya sempat dikirim ke Belanda untuk penelitian tetapi tidak ada kelanjutan. Penyakitnya memang sangat langka dan dokter hanya bisa memberikan pencegahan agar tidak semakin parah.
Ine tidak boleh olahraga atau melakukan kegiatan fisik lain yang membuat lelah sehinga bisa memperparah kondisi jantungnya.
Baca Juga: Derita 4 Sindrom Langka, Gadis 14 Tahun Tidak Bisa Konsumsi Makanan Padat
"Kata dokter, jantungku itu sangat tipis, bagaikan balon yang ditiup terlalu besar dan akhirnya bisa pecah. Kalau sudah pecah, aku meninggal," ungkap dia.
Seiring berjalannya waktu, mata Ine semakin bengkak dan berubah warna. Ia pun hanya bisa menerima keadaaannya walau kepedihan hidupnya semakin bertambah.
Orangtuanya yang bercerai. Keluarga baru ibunya sering mengolok kondisinya. Teman-teman sekolahnya juga selalu mengejek kondisinya.
Kehidupan penuh dengan kesedihan karena setiap hari mendapat bully sempat membuat Ine ingin mengakhiri hidup. Baginya, sekolah dan rumah ayah tirinya bagaikan neraka.
Sampai akhirnya ibu Ine berpisah dengan ayah tirinya dan mereka tinggal di tempat lain. Meski begitu, Ine tetap saja mendapat bully dari teman-teman di sekolahnya.
Kini kondisi skoliosisnya semakin terasa sakit dan bengkok. Ia sempat memeriksakannya ke dokter dan disarankan operasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan