Suara.com - Cegah Kematian karena Penyakit Menular, OKI Bikin Workshop Vaksin
Negara-negara yang terkumpul sebagai anggota Ogranisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengaku menghadapi masalah yang sama yaitu terjadinya 45,6 persen kematian karena penyakit menular.
Indonesia yang ditetapkan sebagai Center of Excellence (COE) atau pusat penelitian unggulan kemudian menggelar OIC workshop yang diikuti 14 anggota OKI untuk menemukan cara memenuhi kebutuhan vaksin agar kematian akibat penyakit menular semakin berkurang.
"Sebagai salah satu negara anggota OKI yang memiliki kapasitas produksi vaksin dan produk bioteknologi, kita mengemban amanat untuk bersama-sama meningkatkan kapasitas sesama negara anggota dalam pemenuhan kebutuhan vaksin dan memastikan bahwa vaksin yang sampai ke masyarakat memberikan hasil terbaik untuk peningkatan kesehatan," ujar Menteri Kesehatan RI Nila F. Moeloek membuka acara workshop di Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarata Selatan, Selasa (1/10/2019).
Diselenggarakannya workshop selama tiga hari hingga Rabu (3/10/2019) ini diharapkan mampu menemukan jalan keluar dan solusi sulitnya akses obat-obatan, vaksin, dan produk kesehatan lainnya. Berikut juga peralatan bioteknologi yang dibutuhkan dunia kesehatan agar taraf pengobatan semakin membaik.
Workshop ini juga diharapkan menjawab ketertinggalan negara anggota OKI dalam bidang produksi vaksin. Jadilah harapannya para anggota ini mampu membuat vaksin secara mandiri, termasuk pengadaan bahan-bahan obat.
"Saya ingin menyampaikan bahwa akses terhadap vaksin mencakup upaya substantif dalam mempertahankan kualitas vaksin terbaik untuk diberikan kepada pasien, komunitas, dan masyarakat," jelas Menkes.
"Untuk merealisasikan ini, diperlukan manajemen rantai dingin yang memenuhi syarat serta penataan distribusi dan layanan vaksin di setiap titik fasilitas kesehatan yang efektif dan efisien,” lanjutnya.
Data kesehatan masyarakat negera anggota OKI tahun 2010 hingga 2011, juga masih ditemukan kasus kematian ibu dan anak sejak 1990 akibat kekurangan gizi. Bahkan 36 persen anak-anak balita masih menderita stunting, dan 22 persen diantaranya kekurangan berat badan.
Baca Juga: Vaksin Malaria Pertama di Dunia Akan Mulai Digunakan di Kenya
Di Indonesia sendiri, meski cenderung lebih baik, data Riskesdas 2018 menunjukkan angka imunisasi dasar anak berusia 12 hingga 23 bulan baru mencapai 83,1 persen, dan imunisasi lanjutan mencapai 57,9 persen. Angka ini terbilang jomplang, karena imunisasi haruslah merata dengan persentase yang sama.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia