Suara.com - 6 Penyebab Bayi Lahir Mati atau Stillbirth Seperti yang Dialami Irish Bella.
Irish Bella dan Ammar Zoni tengah berduka karena harus kehilangan bayi kembar mereka yang masih berada dalam kandungan. Calon buah hati mereka dikabarkan meninggal dalam usia kandungan 26 minggu pada Minggu (6/10/2019).
Meski belum diketahui penyebab pasti meninggalnya dua bayi perempuan Irish Bella dan Ammar Zoni, disampaikan oleh Manajer Irish Bella, DZ, bahwa aktris kelahiran 23 April 1996 tersebut sempat dirawat di rumah sakit selama sepekan.
"Masuk rumah sakitnya hampir seminggu. Cek biasa aja, mungkin dokternya melihat ada sesuatu jadi disuruh rawat," jelasnya.
DZ sendiri enggan berkomentar mengenai penyebab pasti meninggalnya bayi kembar tersebut.
"Penyebabnya saya nggak bisa ngomong. Saya takut salah. Itu ada bahasa kedokteran yang saya nggak ngerti," ungkapnya.
Dikutip dari Hello Sehat, kondisi yang dialami Irish Bella dalam istilah medis disebut sebagai stillbirth atau bayi lahir mati, yakni bayi yang meninggal di usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Kondisi ini berbeda dengan keguguran, dimana janin yang meninggal berada di bawah usia kandungan 20 minggu.
Satu dari 200 kehamilan bisa mengalami kematian sebelum lahir pada usia kandungan lebih dari 20 minggu. Penyebabnya pun bermacam-macam, yang ditentunya disebabkan oleh kondisi medis yang serius dari ibu ataupun janin mereka.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan bayi lahir mati, dikutip dari
Baca Juga: Janin Irish Bella Meninggal di Dalam Kandungan, Apa Penyebab Umumnya?
1. Cacat lahir, dengan atau tanpa kelainan kromosom
Kelainan kromosom bertanggung jawab sebesar 15-20 persen dari semua kejadian bayi lahir mati. Terkadang, bayi mempunyai kelainan struktural yang tidak disebabkan oleh kelainan kromosom, tetapi disebabkan oleh genetik, lingkungan, dan penyebab yang tidak diketahui.
2. Masalah dengan tali pusar
Saat persalinan, bisa saja terjadi tali pusar bayi yang keluar lebih dulu sebelum bayi keluar (prolaps tali pusar), sehingga menghalangi pasokan oksigen bayi sebelum bayi mampu bernapas sendiri. Tali pusar juga dapat terlilit di leher bayi sebelum persalinan, sehingga mengganggu pernapasan bayi. Dua kejadian yang melibatkan tali pusar ini dapat menyebabkan bayi lahir mati. Namun, kejadian ini jarang menjadi penyebab utama dari bayi lahir mati.
3. Masalah pada plasenta
Masalah pada plasenta menyebabkan sekitar 24 persen dari bayi lahir mati. Masalah pada plasenta ini mencakup pembekuan darah, peradangan, masalah dengan pembuluh darah di plasenta, abrupsio plasenta (di mana plasenta memisah terlalu dini dari dinding rahim padahal belum waktunya), dan kondisi lainnya yang berkaitan dengan plasenta. Wanita yang merokok selama kehamilan lebih mungkin untuk mengalami abrupsio plasenta dibandingkan wanita yang tidak merokok.
4. Kondisi kesehatan ibu
Misalnya diabetes, tekanan darah tinggi, preeklampsia, lupus (gangguan autoimun), obesitas, trauma atau kecelakaan, trombofilia (kondisi kelainan pembekuan darah), dan penyakit tiroid. Tekanan darah tinggi atau preeklampsia saat hamil meningkatkan risiko abruptio plasenta atau bayi lahir mati dua kali lebih besar.
5. Intrauterine growth restriction (IUGR)
IUGR membuat janin memiliki risiko tinggi kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi ini kemudian membuat pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu. Pertumbuhan dan perkembangan janin yang berjalan sangat lambat dapat menempatkan janin pada risiko lahir mati. Bayi yang kecil atau tidak tumbuh sesuai dengan usianya berisiko mengalami kematian karena asfiksia atau kekurangan oksigen sebelum atau selama kelahiran.
6. Infeksi selama kehamilan yang dapat mempengaruhi ibu, bayi, atau plasenta
Sekitar 1 dari 10 kejadian bayi lahir mati disebabkan oleh infeksi. Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan bayi lahir mati adalah sitomegalovirus, rubella, infeksi saluran kencing fan saluran kelamin (seperti herpes genital), listeriosis (akibat keracunan makanan), sifilis dan toksoplasmosis.
Beberapa infeksi ini mungkin tidak menunjukkan gejala dan mungkin juga tidak terdiagnosis sebelum ibu mengalami kondisi yang lebih serius, seperti kelahiran prematur atau bayi lahir mati.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional