Suara.com - Asam traneksamat, obat yang biasanya digunakan untuk mencegah dan mengurangi pendarahan akibat pencabutan gigi disebut dapat menyelamatkan pasien yang mengalami cedera kepala, kata dokter Inggris.
Obat ini diklaim dapat membantu menghentikan pendarahan di dalam dan di sekitar otak ketika pembuluh darah robek.
Sebuah studi internasional yang dilakukan oleh London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM) dan diterbitkan di The Lancet menunjukkan cara ini dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien jika diberikan cukup awal.
Pengobatan ini memang tidak dapat memperbaiki cedera, tetapi dapat menghentikan pendarahan agar tidak bertambah parah.
Selain menghentikan pendarahan pencabutan gigi, asam traneksamat yang diberikan melalui intravena (injeksi melalui pembuluh darah) sudah digunakan untuk mengobati pasien dengan pendarahan akibat cedera dada atau perut setelah melahirkan.
Seorang koresponsen studi ini, Pam Foley, yang mengalami patah tulang tengkorak serta mengalami pendarahan di kepalanya akibat kecelakaan, menceritakan pengalamannya.
"Hal yang aku ingat adalah... ada orang di sekelilingku dan seseorang memanggil ambulan," ujar Foley, menceritakan kecelakaannya kepada BBC International.
Kemudian, peneliti menggunakan asam traneksamat untuk menghentikan pembekuan darah di kepalanya.
Obat ini nampak bekerja ketika diberikan hingga tiga jam setelah cedera kepala terjadi. Hal ini tentu dapat mengurangi risiko kematian bagi beberapa pasien.
Baca Juga: Pemeran Joker Alami Cedera Otak, Ini Hubungannya dengan Gangguan Mental PBA
Peneliti merasa senang dengan penemuan ini. Mereka mengatakan cara ini dapat menekan biaya karena obat ini relatif terjangkau dan mudah didapat.
"Ini adalah pertama kalinya kami melihat efek menguntungkan. Ini akan memiliki implikasi besar di seluruh dunia. Ini adalah obat yang tersedia secara luas, relatif murah dan sangat mudah untuk diberikan," kata salah satu peneliti utama, Prof Haleema Shakur, dari LSHTM.
Di sisi lain, Dr Ben Bloom, konsultan pengobatan darurat di Barts Health NHS Trust mengatakan, "mengobati cedera otak traumatis sangat menantang, dengan sedikit pilihan pengobatan yang tersedia untuk pasien."
"Berkat hasil terbaru ini, yang berlaku untuk pasien dengan cedera kepala karena sebab apa pun dan di semua demografi, sekarang dokter memiliki pengobatan baru yang berpotensi kuat tersedia untuk mereka," lanjutnya.
Namun, obat ini tidak efektif untuk semua orang. Maksudnya, pengobatan seperti ini hanya dapat diaplikasikan pada pasien dengan cedera ringan atau sedang, tidak pada pasien dengan cedera parah.
Dr Nicola Magrini, dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan akan hati-hati mengevaluasi temuan dan mempertimbangkan apakah pengobatan ini akan ditambahkan ke Daftar Obat Esensial, obat yang dianggap cukup penting untuk tersedia secara luas bagi pasien di seluruh dunia.
Berita Terkait
-
Keracunan Makanan Obatnya Apa? Ini Pertolongan Pertama yang Bisa Dilakukan
-
BPOM dan PSI Perangi Obat Palsu, Libatkan Marketplace hingga Interpol
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Banyak Obat Diet Tiruan, Perusahaan Farmasi Ini PHK 9.000 Karyawan
-
5 Rekomendasi Obat Totol Jerawat di Alfamart Paling Ampuh dan Murah Meriah!
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis