Suara.com - Tidak hanya kelebihan gula, terlalu banyak mengonsumsi garam juga berdampak negatif pada tubuh.
Berdasarkan sebuah penelitian, seseorang yang banyak mengonsumsi garam dapat mendorong penurunan kognitif dengan mengacaukan kadar protein Tau.
Melansir Medical News Today, tingkat protein Tau yang tinggi berkaitan dengan demensia.
Giuseppe Faraco, asisten profesor penelitian dalam ilmu saraf di Feil Family Brain and Mind Research Institute di Weill Cornell Medicine di New York, adalah penulis utama studi ini, yang muncul dalam jurnal Nature Neuroscience.
Peneliti melakukan studi perilaku, serebrovaskular, dan molekuler pada tikus, yang menunjukkan rendahnya kadar oksida nitrat, diinduksi dari konsumsi garam yang tinggi, memengaruhi kadar protein Tau di otak.
Penumpukan protein Tau yang berlebihan disebut sebagai 'ciri khas' alzheimer.
Biasanya protein ini mendukung neuron dengan menstabilkan struktur mikrotubulus, yang mengangkut nutrisi ke akson dan dendrit neuron. Struktur mikrotubulus adalah bagian dari sitoskeleton, atau 'perancah', yang mendukung neuron.
"Tau menjadi tidak stabil dan keluar dari sitoskeleton hingga menyebabkan masalah," jelas Dr. Costantino Iadecola, penulis lain dalam studi ini.
Mereka menambahkan, Tau tidak boleh 'berkeliaran bebas' di dalam sel karena jika terlepas dari sitoskeleton, ia berpotensi untuk menumpuk di otak. Ini dapat menyebabkan kesulitan kognitif.
Baca Juga: Studi Ungkap Asupan Garam yang Tinggi Dapat Sebabkan Perut Kembung
Untuk menguji lebih lanjut dinamika antara oksida nitrat, protein Tau, dan gangguan kognitif, para ilmuwan menggabungkan pola makan garam tinggi dan membatasi aliran darah dengan antibodi yang menjaga protein Tau terkendali.
Hasilnya, tikus-tikus ini menunjukkan fungsi kognitif normal, meski memiliki aliran darah yang terbatas.
"Ini menunjukkan apa yang sebenarnya menyebabkan demensia adalah Tau dan bukan kekurangan aliran darah," sambung Iadecola.
Oleh sebabnya, Iadecola memeringatkan tentang bahaya pola makan tinggi garam dengan melakukan penelitian pada hewan pengerat. Menurutnya, ini adalah pengingat yang baik tentang risiko asupan tinggi natrium pada manusia.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mereplikasi temuan tikus pada manusia.
Berita Terkait
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Kaleidoskop 2025: 8 Lagu Indonesia Paling Viral, Tak Semuanya Baru Dirilis
-
Di Balik Putihnya Garam, Ada Luka dan Harapan Orang-Orang Pesisir Rembang
-
Jerat Impor Tembakau: Saat Petani Lokal Merugi dan Rokok Murah Mengancam Remaja
-
Pakan Komplit Fermentasi Jadi Solusi Menuju Swasembada Susu dan Daging Nasional
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental