Suara.com - Kelamin ganda masih cukup langka terjadi. Bahkan, menurut Boston's Children Hospital, kondisi ini diperkirakan hanya terjadi pada 1 dari 4.500 bayi.
Jika umumnya kondisi ini terjadi pada pria daripada wanita, di Surabaya, Jawa Timur, kondisi ini justru dialami oleh seorang gadis bernama Putri Natasiya (19).
Namun Putri baru-baru ini mengajukan permohonan untuk mengganti identitasnya menjadi seorang laki-laki.
Menurut Juru Bicara Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Sigit Sutrisno, gadis asal Blora, Jawa Tengah, tersebut justru memiliki penampilan fisik seperti lelaki.
"Penampilan fisiknya terlihat seperti laki-laki. Bentuk dadanya rata seperti laki-laki pada umumnya. Namun, PN hingga kini KTP-nya masih beridentitas perempuan," ucap Sigit.
Ia menambahkan, berdasarkan catatan medis, kromosom laki-laki (kromosom Y) lebih dominan daripada kromosom perempuan (kromosom X) dalam diri Putri.
Sebenarnya, salah satu faktor utama yang mengendalikan berkembangnya jenis kelamin adalah hormon laki-laki.
Kehadiran hormon seks laki-laki menyebabkan organ lelaki berkembang dan tidak adanya hormon laki-laki menyebabkan organ perempuan berkembang.
Masih menurut Boston's Children Hospital, berikut kemungkinan penyebab genetik kelamin ganda pada perempuan:
Baca Juga: Putri Natasiya Akan Jalani Operasi Kelamin Kedua Tahun Depan
- Bentuk tertentu dari hiperplasia adrenal kongenital (HAK) atau kelainan bawaan yang memengaruhi produksi hormon pada kelenjar adrenal.
- Ini adalah penyebab umum dari kelainan ganda pada bayi perempuan, yang disebabkan oleh kelebihan hormon laki-laki pada kelenjar adrenal.
- Ibu terpapar hormon laki-laki, seperti progesteron (diminum pada tahap awal kehamilan untuk menghentikan pendarahan).
- Tumor pada janin ibu yang memproduksi hormon laki-laki.
Sedangkan di bawah ini adalah kemungkinan penyebab genetik kelamin ganda pada laki-laki:
- Gangguan perkembangan testis yang disebabkan oleh kelainan genetik atau penyebab yang tidak diketahui.
- Aplasia sel leydig, suatu kondisi yang mengganggu produksi testosteron.
- Sindrom ketidakpekaan androgen.
- Defisiensi 5 alpha-reductase: Defisiensi enzim yang mengganggu produksi hormon pria normal.
- Ibu terpapar hormon perempuan, misalnya estrogen atau anti-androgen.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- Biodata dan Pendidikan Gus Elham Yahya yang Viral Cium Anak Kecil
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar