Suara.com - Sunat merupakan prosedur yang cukup normal untuk laki-laki. Umumnya ini dilakukan karena alasan agama atau adanya masalah medis lain.
Biasanya prosedur ini aman dan tidak menyebabkan cereda apapun. Namun, ternyata berbeda dengan keluarga asal Brasil ini.
Dilaporkan Daily Mail, seorang bocah berusia tiga tahun memiliki kondisi yang seringnya disebut dengan phimosis.
Berdasarkan Departemen Urologi Universitas California, phimosis merupakan kondisi ketidakmampuan menarik kembali kulup atau preputium yang menutupi 'kepala' (glans) pada penis.
Intinya, kulup pada bayi ini sangat kencang sehingga tidak dapat ditarik dari sekitar kepala penis.
Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan ketika ia tumbuh dewasa. Kemudian, satu-satunya cara mengobati masalah ini adalah sunat.
Jadi tanpa ragu, sang ibu yang bernama Camargos memutuskan untuk menyunat putranya. Tetapi sesuatu mulai terasa aneh menurutnya. Prosedur yang seharusnya selesai dalam 30 menit justru menjadi empat jam.
Namun, saat itu Camargos masih yakin bahwa operasi berjalan dengan lancar dan menyerahkan semuanya pada sang dokter, Dr. Pedro Abrantes.
Setelah empat jam, operasi pun selesai. Dokter keluar dari ruangan dengan putranya dan meyakinkannya bahwa semuanya baik-baik saja.
Baca Juga: Masih Marak di Beberapa Daerah, Apa Risiko Jangka Panjang Sunat Perempuan?
Hingga ketika Camargos melepaskan perban putranya, ia baru menyadari penis putranya benar-benar terpotong hingga ke akarnya.
Kondisi ini pun membuat Camargos lemas dan kehilangan kepercayaan pada tim medis yang dipimpin oleh sang dokter. Ia pun menandatangani surat pernyataan bebas untuk mengeluarkan putranya dari rumah sakit.
Meski sudah dipindah ke rumah sakit lain, dokter mengonfirmasi penis si bayi tidak dapat dipasang kembali. Bayi tersebut harus menjalani operasi plastik agar nantinya ia tidak perlu menggunakan kateter untuk buang air kecil.
Beruntungnya, dokter mengatakan mereka dapat membuat penis 'realistis' dengan kulit dari lengan atau paha dan masih dapat menjaga jaringan ereksi.
Artinya, putra Camargos dapat diselamatkan dan akan memiliki kehidupan seksual yang normal.
Di sisi lain, dokter yang menangani putra Camargos disebut telah meninggal dunia akibat serangan jantung.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?