Suara.com - Seorang pria berusia 63 tahun asal Jerman dinyatakan meninggal dunia setelah menderita infeksi langka yang ditularkan melalui jilatan anjing.
Diketahui pria tersebut awalnya memiliki gejala seperti flu yang tidak biasa, hingga dokter memintanya untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut terkait kondisinya.
Seperti dilansir dari CNN, ternyata infeksi pria tersebut disebabkan oleh capnocytophaga canimorsus, bakteri yang biasa ditemukan di mulut anjing dan kucing.
Bakteri dapat ditularkan melalui gigitan. Tetapi kasus kasus kali ini, sang pria tersebut belum digigit.
"Dia dijilat, tetapi tidak digigit atau terluka, oleh anjingnya pada minggu-minggu sebelumnya," lapor dokter di Red Cross Hospital di Bremen, Jerman, yang menangani kasus ini.
Awalnya sang pria mengalami gejala seperti terkena flu dan kemudian berkembang menjadi sepsis parah dan purpura fulminan, sebuah gangguan akut yang menyebabkan bercak darah, memar dan perubahan warna kulit serta nekrosis.
Pria tersebut dirawat dalam perawatan intensif, namun kesehatannya makin memburuk. Menurut penulis laporan, sang pria meninggal akibat kegagalan banyak organ.
"Pemilik hewan peliharaan yang mengalami gejala, misalnya flu, harus segera memeriksakan dirinya ketika gejalnya menjadi tidak biasa," tambah sang dokter, dalam jurnal European Journal of Case Reports in Internal Medicine, di mana kasus ini dipublikasikan.
Meski sangat jarang, kejadian serupa sudah pernah ada beberapa kali sebelumya.
Baca Juga: Digigit Anjing Pitbull, Bocah Delapan Tahun Luka Parah di Bagian Wajah
Melansir CNN, pada Mei lalu, seorang wanita asal Ohio harus mengamputasi kaki dan tangannya setelah terkena infeksi langka dari bakteri yang sama.
Dokter mengatakan infeksi itu mungkin terjadi ketika anak anjing peliharannya menjilat luka terbuka pada tubuh sang wanita.
"Jenis bakteri capnocytophaga canimorsus disebut normal berada di mulut anjing dan umumnya tidak menyebabkan penyakit apapun. Namun, infeksi dapat terjadi ketika berada di tempat, waktu, dan pasien yang salah. Tetapu sangat, sangat jarang," kata kata Dr. Stephen Cole, seorang dosen mikrobiologi di University of Pennsylvania School of Veterinary Medicine.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?