Suara.com - Ilmuwan : Butuh 5 Tahun Bikin Vaksin untuk Atasi Virus Demam Babi Afrika.
Ilmuwan Australia mengatakan, kemungkinan masih diperlukan lima tahun lagi sebelum vaksin dikembangkan untuk melindungi babi dari demam babi Afrika. Diperkirakan seperempat populasi babi dunia mati tahun ini, setelah perebakan virus yang mematikan ini di China.
Demam babi Afrika, atau African Swine Fever (ASF), belum mencapai Australia, tetapi sudah mendekati. Virus ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh Asia, dan perebakan dilaporkan terjadi di Timor Timur, salah satu negara tetangga terdekat Australia.
Penyakit ini membinasakan populasi babi di beberapa negara. Penyakit ini sangat menular dan tidak ada obatnya.
Para ilmuwan telah mengupayakan vaksin selama 60 tahun, tetapi karena virus demam babi Afrika sangat luas dan kompleks, menjadi tugas yang sangat besar.
Di Laboratorium Kesehatan Hewan Australia di negara bagian Victoria, para peneliti mengharapkan terobosan, tetapi mereka mengakui pengobatan yang efektif untuk ASF kemungkinan tersedia sekurangnya masih lima tahun lagi.
Dr Trevor Drew, Direktur laboratorium Kesehatan Hewan Australia mengatakan, “Saya sama sekali tidak memperkirakan demam babi Afrika menyebar dengan sangat ganas. Saya kira kita tidak akan bisa mengendalikan demam babi Afrika sampai vaksin tersedia,” ujarnya seperti mengutip VOAIndonesia.
Tanpa vaksin, Australia akan mengandalkan metode-metode pengendalian penyakit secara tradisional jika ASF masuk ke negara itu. Babi-babi yang terinfeksi akan dimusnahkan, bangkainya dikubur dan peternakannya didisinfeksi.
Industri daging babi yang bernilai jutaan dolar Australia mencakup sekitar 2.700 produsen, yang mempekerjakan 34.000 orang.
Baca Juga: Ribuan Babi Mati Akibat Virus Kolera dan Demam Babi
Ada kekhawatiran penyakit ini bisa menyebar melalui populasi babi liar Australia yang besar. Jumlahnya sekitar 25 juta, dan hewan-hewan itu tersebar di hampir separuh negara itu.
Para ilmuwan mengatakan cara yang paling mungkin ASF bisa masuk Australia adalah melalui produk daging babi yang terinfeksi yang kemudian diberikan sebagai makanan pada babi. Berdasarkan undang-undang bio-keamanan yang baru, Australia mendeportasi wisatawan yang tidak menyatakan produk-produk daging babi ilegal yang mereka bawa masuk ke negara itu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat