Suara.com - Badan Kesehatan AS Rilis Merek Rokok Elektrik 'Bermasalah', Ini Daftarnya
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, CDC, merilis brand-brand rokok elektrik yang diduga terkait dengan maraknya kasus cedera paru di sana.
Menurut CDC, produk-produk tersebut mengandung senyawa ganja THC dan tercemar oleh kandungan aditif vitamin E asetat.
Dua hal tersebut dituduh sebagai kemungkinan penyebab dari hampir 2.300 kasus wabah kerusakan paru yang mengakibatkan 48 diantaaranya meninggal dunia.
Dilansir Suara.com dari Time, sekitar 482 pasien yang dirawat di rumah sakit menggunakan produk dari Dank Vapes. Menurut CDC, produk tersebut mengandung THC yang sebagian besar palsu yang tidak diketahui asalnya.
Dank Vapes sendiri bukan produk resmi dan legal melainkan label produk palsu yang diproduksi oleh pembuat yang tidak dikenal. "Mereka bertindak seperti perusahaan ganja, tetapi sebenarnya mereka tidak ada. Mereka ada di industri pengemasan," kata seorang pengusaha industri ganja kepada Inverse.
Pasien di setiap wilayah mengatakan mereka telah menggunakan produk Dank Vapes banyak digunakan di Midwest, Timur Laut dan Selatan Amerika Serikat daripada di Barat.
Merek rokok elektrik lain yang digunakan oleh pasien dalam laporan CDC termasuk diantaranya adalah TKO, Rove, Smart Cart, Kingpen dan Cookie.
Meskipun data tersebut dianggap dapat membantu menindaklanjuti penyelidikan, namun CDC menganggap masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Baca Juga: 5 Berita Kesehatan: Hasil Rontgen Pengguna Vape hingga Manfaat Bedak Tawas
Hampir 500 pasien yang termasuk dalam laporan terbaru mengatakan mereka menggunakan 152 produk yang berbeda secara keseluruhan, sehingga sulit untuk menentukan mana yang merupakan sumber penyakit terutama karena beberapa pasien menggunakan rokok elektrik berbagai merek.
Selain itu, CDC juga belum bisa menyimpulkan bahwa produk yang mengandung THC bisa disalahkan dalam semua kasus. Delapan puluh persen dari 1.782 pasien yang dirawat di rumah sakit mengatakan mereka menggunakan THC tiga bulan sebelum gejala (35% khusus) dan 54% mengatakan mereka menggunakan nikotin.
Kabar baiknya, CDC mengatakan jumlah laporan diagnosis pasien yang mengalamk kerusakan paru terkait rokok elektrik telah menurun setiap minggu sejak pertengahan September. Hal itu menunjukkan sinyal bahwa wabah mungkin akan mendekati akhir.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental