Suara.com - Peneliti mengatakan akupunktur dapat membantu meringankan rasa sakit pada orang yang menderita kanker. Mereka juga mencatat metode ini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena mereka bekerja menyembuhkan seluruh tubuh.
Studi yang diterbitkan di JAMA Oncology itu mengungkap bahwa. Para peneliti melaporkan bahwa analisis menunjukkan akupunktur dan/atau akupresur "secara signifikan terkait" dengan berkurangnya rasa sakit dan penurunan penggunaan analgesik (penghilang rasa sakit).
Seperti dilansir dari Healthline, para peneliti merekomendasikan uji coba yang lebih ketat dilakukan untuk mengidentifikasi efek pada jenis kanker tertentu serta mengintegrasikan akupunktur dan akupresur ke dalam perawatan klinis untuk mengurangi penggunaan opioid.
"Jika akupunktur menjadi metode manajemen nyeri yang lebih standar, pasien akan cenderung membutuhkan opioid, atau tidak akan memerlukan dosis yang setinggi," Janet Thomson , ahli akupunktur dan herbalis Cina yang berbasis di Oakland, California, mengatakan kepada Healthline.
"Tidak hanya mengurangi potensi kecanduan opioid, tetapi juga mengurangi efek samping opioid seperti sembelit, yang bisa sangat brutal bagi pasien," lanjutnya.
Cara McCabe, seorang ahli akupunktur dan spesialis manajemen nyeri yang berbasis di Los Angeles, telah melihat secara langsung bagaimana akupunktur dapat membantu orang dengan kanker.
"Ayah saya didiagnosis menderita glioblastoma tahap empat (kanker otak) pada 2017 dan wafat pada 2018," katanya kepada Healthline.
"Ketika kanker berkembang pesat, dia mengalami sakit kepala yang semakin parah. Dokter memberikan setiap obat penghilang rasa sakit kepadanya, tetapi akupunktur adalah satu-satunya hal yang dapat mengurangi rasa sakitnya ke tingkat yang dapat dikelola," ungkapnya.
Ia pun mengatakan penelitian ini dapat memiliki efek "besar. Tidak hanya pada bagaimana rasa sakit dapat dikelola, tetapi juga seberapa efektif bentuk-bentuk pengobatan lainnya.
Baca Juga: Sempat Idap Kanker, Taylor Statham Kini Bermain di IBL
"Jika seorang pasien tidak harus menggunakan obat penghilang rasa sakit tambahan, kami telah mengurangi potensi efek samping atau tambahan," katanya.
"Ini sangat penting selama perawatan kanker karena pasien umumnya menerima kemoterapi dosis tinggi atau obat keras lainnya."
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?