Suara.com - Bayi prematur atau bayi yang lahir sebelum usia 9 bulan, memang rentan sekali terhadap serangan penyakit, salah satunya potensi kebutaan.
Hal ini dibenarkan Dokter Spesialis Anak Dr. dr. Rinawati R, Sp.A (K), yang menyebut bahwa ada beragam hal penyebabnya, misalnya adanya masalah pada oksigen, transfusi darah, dan sebagainya. Tapi kabar baiknya, risiko kebutaan pada bayi prematur kini bisa dicegah melalui pemeriksaan skrining.
"Bayi prematur bisa buta, karena ada oksigen, dan tranfusi, dan sebagaihya. Ini bisa dicegah asalkan semua ibu-ibu yang punya bayi prematur yang beratnya kurang dari 1500 gram, dicek matanya," ujar Dr. Rinawati dalam acara RSCM 100 di Istora Senyan, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2019).
Selambat-lambatnya, anak bisa diperiksakan pada usia 2 hingga 4 minggu setelah kelahiran. Atau, minimal 1 kali pemeriksaan sebelum pulang dari rumah sakit.
"Selambatnya 1 kali sebelum pulang, minta dipantau berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepalanya," tutur Dr. Rinawati.
Pemeriksaan mata juga tidak boleh disembarangan. Tak sekadar dokter spesialis mata, tapi harus yang punya keahlian khusus mata anak, sekaligus dilengkapi perlengkapan yang mumpuni.
"Siapa yang lakukan (pemeriksaan), harus dokter mata yang punya keahlian khusus. Kalau RSCM Jakarta, dokter matanya biasanya keliling, kami kerjasama," tutupnya.
Sekedar informasi, potensi kebutaan terhadap bayi prematur cukup tinggi, hal ini mengingat kesempurnaan organ belum terbentuk dengan benar, salah satunya adalah organ mata.
Baca Juga: Memberi Bayi Prematur ASI Dapat Mengurangi Kerusakan Jantung
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
9 Penyakit 'Calon Pandemi' yang Diwaspadai WHO, Salah Satunya Pernah Kita Hadapi
-
Kabar Baik Pengganti Transplantasi Jantung: Teknologi 'Heart Assist Device' Siap Hadir di Indonesia
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif