Memilih Kemoterapi
Dokter bertanya apakah ia kuat kalau nanti dikemoterapi. Kalau tidak kuat, dokter memberi alternatif untuk disinar. "Saya bilang, saya kuat," katanya tegas.
Siklus kemoterapi diberikan 6 kali dengan jarak waktu 3 minggu. Kemoterapi pertama, sang istri berinisiatif mengajak anaknya untuk membantu, karena banyak orang bilang kemoterapi itu efek sampingnya bisa payah, mulai dari pusing, mual, muntah, dan sebagainya.
"Habis kemoterapi, saya memang langsung balik hotel, jaga-jaga. Katanya juga takut kena infeksi kalau kena udara luar, karena kondisi tubuh biasanya drop setelah kemoterapi. Eh, nggak taunya saya nggak apa-apa. Saya nggak merasakan efek apa-apa, tidak lemas, tidak mual, tidak kebas," katanya dengan semangat.
Berkaca pada pengalaman kemoterapi pertama, pada kemoterapi kedua, ia pun memutuskan langsung naik taksi untuk jalan-jalan ke mal. "Padahal harusnya nggak boleh. Tapi saya bandel, karena merasa nggak apa-apa," katanya sambil tertawa.
Hadi mengaku, ia memang merasa bersemangat setiap kali akan berangkat ke Malaysia untuk kemoterapi. "Saya merasa, inilah obatnya, inilah penyembuh saya. Sementara banyak orang malah takut kalau mau dikemo," katanya.
Hadi yakin, perasaan positifnya, afirmasi yang ia lakukan setiap kali obat ditusuk masuk ke dalam tubuhnya lewat jarum infus, itu ada pengaruhnya. Menurutnya, jika orang lain belum-belum sudah melawan, menolak, takut pada efek sampingnya, tubuh malah akan merespons negatif. "Jadi, terima saja," katanya ikhlas.
Di kemoterapi keempat, ukuran kanker mengecil hingga 30 persen. Menurut dokter yang menanganinya, mungkin obat kemoterapinya cocok, sehingga dilanjutkanlah untuk kemoterapi kelima dan keenam.
"Eh, yang keenam, kankernya malah membesar lagi. Berarti obatnya sudah nggak cocok," kata Hadi.
Terdeteksi ALK Positif
Baca Juga: Tumbuh Benjolan di Pergelangan Kaki Wanita Ini, Ternyata Kanker Paru-Paru
Juli 2015, usai kemo terakhir yang ketahuan sel kanker membesar, pengobatan kanker Hadi terhenti sementara sambil menunggu obat yang cocok. Kondisinya memburuk. Ia mengalami batuk darah, yang menandakan ada kebocoran di paru-paru.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) pada sampel paru-parunya dari hasil biopsi pertama. EGFR ini adalah mutasi gen yang paling sering terjadi pada kanker paru. Hasilnya negatif.
Kemudian dilakukan lagi pemeriksaan ALK (Anaplastic Lymphoma Kinase). Hasilnya positif. Kanker paru ALK positif itu termasuk langka, jumlahnya hanya 5-6 persen. Saat itu, di Indonesia bahkan belum tersedia pemeriksaan ALK. Dan pengobatan kanker paru ALK positif, tidak bisa pakai BPJS. Yang bisa hanya kanker paru EGFR.
Setelah diketahui kenis kanker parunya, pengobatan kembali dilakukan. "Obat ALK pertama saya minum crizotinib. Mulai minum Agustus 2015, kemudian November 2015 di PET Scan, paru-paru saya bersih tidak ada kanker. Obat terus saya minum sampai 8 bulan. Eh, bulan kedelapan, muncul lagi kankernya, meski kecil 4,5 cm. Saya ganti minum ceritinib. Hilang lagi," kata Hadi.
Bagi penderita kanker, obat-obatan itu bukanlah tanpa efek samping. Apalagi jika diminum dalam jangka waktu lama. Melansir dari webmd, efek samping yang bisa ditimbulkan oleh ceritinib, misalnya, diare, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, atau kelelahan. Tapi, itu tidak dialami Hadi. Bahkan, di tahun 2016, Hadi merasa sehat sehingga memutuskan untuk bersenang-senang di tahun itu. Ia pergi ke China, berbisnis dengan teman.
Masuk tahun 2017, ia mengalami demam. Ketika diperiksa, ada kanker muncul sebesar 4,5 cm. Tapi kata dokter waktu itu, kankernya bisa dioperasi. "Saya iyakan saja apa yang dokter bilang. Saya nggak mau sok pintar. Saya menyerahkan diri saja," kata Hadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara