Suara.com - Viral Rebus Mie Instan dan Bungkusnya, Ini Kata Pakar Gizi
Buat penggemar bakso dan cuanki, tidak jarang kita melihat mie instan direbus langsung bersama dengan kemasannya.
Cara ini tidaklah sehat, karena kandungan plastik yang berbahaya akan mengontaminasi air dan masuk ke tubuh.
Menurut Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, efeknya memang tidak dalam jangka pendek, tapi jangka panjang. Dampak yang tidak terlihat langsung inilah yang membuat pedagang terus melakukannya.
Sehingga ia menyarankan para pedagang untuk diberikan penyuluhan dan edukasi pengetahuan tentang berbahayanya kandungan plastik yang masuk ke tubuh.
"Saya kira ini harus pentingnya edukasi. Ini inti dari pendidikan keamanan konsumen yang belum dipahami oleh masyarakat termasuk oleh penjual," ujar Prof. Ali kepada Suara.com melalui sambungan telepon, Kamis (16/7/2020).
Edukasi bisa dilakukan kepada pedagang dan industri UMKM atau pedagang kecil oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), termasuk juga jajaran kesehatan dari Kemenkes untuk selalu lakukan pembinaan. Agar akses keamanan pangan ini bisa terjamin kedepannya.
"Lakukan pembinaan selalu ada. Jadi pedagang itu update terhadap pengetahuan tapi kalau mereka itu mau tidak mau dipaksa untuk melakukan atau mendengarkan sosialisasi penyuluhan," tutur Prof. Ali.
Aspek perguruan tinggi juga bisa memainkan perannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Misalnya perguruan tinggi membuka kelas edukasi penyuluhan kepada penjual makanan kecil.
Baca Juga: Viral Penjual Rebus Mie Instan Sekalian Bungkusnya, Warganet: Halo Kemenkes
"Edukasi penjual makanan dagangan diselenggarakan oleh perguruan tinggi ini terkait dengan keamanan pangan, kegiatan produksi itu kan menjadi bagian dari pengabdian masyarakat kalau di perguruan tinggi yang konsen terhadap persoalan tersebut," jelasnya.
Prof. Ali menambahkan, perguruan tinggi tidak bisa berjalan sendirian, karena tugas harus dipikul bersama. Perlu juga peran pemerintah, seperti dinas kesehatan, khususnya BPOM dan Kemenkes dengan kebijakan dan sebagainya.
"Kadang-kadang nggak mau kalau sudah jadi kebiasaan, karena menganggap hal itu tidak berbahaya karena tidak menimbulkan jangka pendek. Seperti sekarang formalin itu kan tidak fatal dalam jangka pendek," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis