Suara.com - Virus corona yang ditemukan di Hubei, Wuhan, diyakini berasal dari satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar ikan kota tersebut.
Pada 2002 silam, wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang juga disebabkan oleh virus corona ditemukan pada manusia yang mengonsumsi kelelawar dan musang.
Tetapi 17 tahun kemudian tidak banyak yang berubah. Praktik mengonsumsi satwa liar ini bisa berbahaya bagi kita karena adanya risiko yang semakin besar terhadap kesehatan manusia.
Dikutip World of Buzz, presiden EcoHealth Alliance, Peter Daszak, sebuah LSM global yang berfokus pada pencegahan penyakit menular, mengatakan bahwa kita semakin dekat dengan virus hewan yang dapat menyebar secara cepat di dunia.
Daszak merupakan bagian dari Global Virome Project, dan ia menjelaskan bahwa ada 1,7 juta virus yang belum ditemukan di alam liar.
Ia juga menambahkan, sekitar setengah dari virus ini berpotensi berbahaya bagi manusia dan mungkin ada lima patogen yang ditularkan melalui hewan yang dapat menginfeksi manusia setiap tahunnya. Jumlahnya ada sekitar 850 virus yang berbahaya.
"Pandemi akan terjadi lebih sering. Kita semakin sering berkontak dengan hewan yang membawa virus," katanya lebih lanjut.
Ilmuwan lain pun mengatakan hal yang sama, karena semakin banyak virus yang menjadikan hewan sebagai perantara ke manusia.
Para ilmuwan menambahkan, kita dapat menduga lebih dari 60% penyakit menular baru akan muncul dan menular kepada kita melalui hewan.
Baca Juga: Warga China Terduga Corona di RS Hasan Sadikin Bandung Membaik
“Demi masa depan spesies liar ini, dan untuk kesehatan manusia, kita perlu mengurangi konsumsi hewan liar ini. Tapi, 17 tahun (dari SARS), tampaknya itu belum terjadi,” ujar Diana Bell, seorang ahli biologi penyakit dan konservasi satwa liar di Universitas East Anglia yang telah mempelajari SARS, Ebola dan patogen lainnya.
Ancaman datang selama penangkapan, di transportasi, atau penyembelihan hewan, karena patogen ini dapat melompat ke inang baru, yaitu manusia terdekat begitu hewan yang dihuni mati.
“Saya pikir dalam 50 tahun ini akan menjadi masa lalu. Masalahnya adalah kita hidup di dunia yang saling terhubung saat ini sehingga pandemi seperti ini dapat menyebar secara global dalam tiga minggu,” tandas Daszak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Roy Suryo Ikut 'Diseret' ke Skandal Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Malaysia
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!