Suara.com - Virus yang menyebabkan wabah pneumonia di banyak negara dan menyebabkan kematian ratusan orang, hingga kini belum memiliki nama yang tepat atau resmi.
Selama ini, virus ini disebut sebagai virus corona, namun sebenarnya ini adalah nama dari kelompok virus itu sendiri. Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengusulkan nama sementara, yaitu 2019-nCoV.
Kata ilmuwan, nama 2019-nCoV terlalu sulit untuk diucapkan karena terlalu panjang.
Akhirnya, sekelompok ilmuwan pun berdiskusi untuk menentukan nama resmi dari virus ini yang rencananya akan diumumkan sebentar lagi, lapor BBC.
Tugas mendesak penamaan vrius secara resmi adalah tanggung jawab Komite Internasional tentang Taksonomi Virus (ICTV).
Wabah sebelumnya telah memberikan pembelajaran bagi tim untuk bijak dalam memberikan nama. Contoh kasus, virus H1N1 pada 2009 dijuluki sebagai 'flu babi'. Ini menyebabkan Mesir menyembelih semua babi di sana, meski sebenarnya penyakit ini disebarkan oleh manusia, bukan babi.
Nama resmi juga terbukti sempat membawa masalah. WHO telah mengkritik penamaan wabah Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS) pada 2015.
"Kami telah melihat nama-nama penyakit tertentu memprovokasi reaksi terhadap anggota komunitas agama atau etnis tertentu," kata Crystal Watson, dari Johns Hopkins Center for Health Security.
Hal ini menyebabkan cukup banyak masalah, termasuk pemusnahan hewan makanan yang sebenarnya tidak perlu, tambahnya.
Baca Juga: Rekam Tumpukan Mayat Korban Virus Corona, Lelaki Ini Ditangkap Polisi
Oleh karenanya, WHO telah mengeluarkan pedoman dalam menamai suatu virus baru. Berdasarkan pedoman ini, nama baru dari virus corona seharusnya tidak mengandung lokasi geografis, nama orang, nama binatang atau sejenis makanan dan referensi budaya atau industri tertentu.
Dikatakan nama dari virus corona baru ini harus pendek dan deskriptif, seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Peneliti telah membahas nama sekitar dua minggu lalu dan butuh dua hari untuk menyelesaikannya, kata Benjamin Neuman, profesor virologi yang ikut dalam tim pembuat nama virus.
Saat ini, mereka telah mengirimkan nama yang dibuat ke jurnal ilmiah untuk diterbitkan dan berharap dapat mengumumkannya dalam beberapa hari.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis