Suara.com - Beberapa waktu lalu sempat muncul laporan bahwa tingkat risiko kematian pasien virus corona mencapai 2 persen. Sehingga tenaga medis banyak mengizinkan pasien pulang setiap harinya.
Namun, langkah tenaga medis memulangkan pasien virus corona yang dianggap sudah membaik bukan pilihan tepat. Karena, pasien yang sudah pulih dari virus masih bisa terinfeksi lagi setelah dipulangkan.
Menurut China Press dilansir oleh worldofbuzz.com, seorang dokter dari Rumah Sakit Chaoyang Beijing mengatakan bahwa pasien yang sudah sembuh dapat mengalami gejala lagi.
Sehingga ia menyarankan agar pasien dikarantina selama 2 minggu setelah dipulangkan untuk memantau kondisi kesehatannya.
Dokter Tong dari Rumah Sakit Chaoyang Beijing menyebutkan bahwa gejala terinfeksi virus corona sering muncul setelah 7 sampai 14 hari dalam kebanyakan kasus.
Artinya, pasien memiliki kemungkinan besar mengalami gejala lagi setelah 2 minggu dinyatakan sembuh. Karena itu, mereka masih perlu dikarantina untuk dipantau kondisinya.
Dokter Tong juga menceritakan pengalamannya bekerja sebagai tenaga medis selama memerangi wabah SARS. Saat itu pasien baru dipulangkan 21 hari setelah pulih.
Tong memberi tahu alasannya tenaga medis perlu mengisolasi pasien, karena pasien mungkin saja masih terinfeksi virus corona tapi sudah berinteraksi dengan banyak orang. Sehingga mereka bisa meningkatkan risiko penularan virus corona.
Sebelumnya, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) melaporkan ada 97 kematian baru akibat virus corona di China pada hari Minggu. Angka ini merupakan jumlah kematian akibat virus corona terbesar dalam satu hari.
Baca Juga: Idap Sindrom Shrone, Anak 5 Tahun Alami Komplikasi dan Stroke
Sejak wabah virus corona pertama kali dilaporkan, total sudah 908 orang meninggal dunia di China. Sebagian besar kematian baru terjadi di provinsi Hubei, pusat virus corona pertama kali dilaporkan.
Pada titik ini, jumlah kematian akibat virus corona sudah jauh lebih tinggi dan melampaui kasus kematian akibat wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada tahun 2003.
Berita Terkait
-
Kereta Gantung Rinjani: Proyek 'Rp6,7 Triliun', Investor China Ternyata Tidak Terdaftar
-
Misteri Diare Massal Hostel Canggu: 6 Turis Asing Tumbang, 1 Tewas Mengenaskan
-
Sinopsis Bloom Life, Drama China Terbaru Landy Li dan Guo Jun Chen
-
Keponakan Luhut Sebut RI Bakal Dibanjiri Investor Asing pada 2026, China Mendominasi
-
Sinopsis Burning Night, Drama China Terbaru Wang Yu Wen di Youku
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis