Suara.com - Sebuah studi mengklaim obat kutu kepala Ivermectin dapat membunuh virus corona baru setelah peneliti melakukan uji coba laboratorium selama 48 jam atau dua hari.
Namun, penelitian masih berada dalam tahap awal dan belum diujicobakan pada manusia dengan penyakit Covid-19. Sehingga masih begitu banyak pertanyaan mengenai efektivitas obat ini terhadap SARS-CoV-2.
Lalu, apa itu obat Ivermectin?
Dilansir The Conversation, Ivermectin merupakan agen antiparasit yang telah digunakan sejak 1980-an untuk mengobati dan mencegah penyakit yang berkaitan dengan parasit pada manusia, hewan peliharaan dan ternak.
Obat ini aktif terhadap sebagian besar parasit nematoda.
Selain krim dan lotion untuk kutu kepala, obat ini digunakan dalam bentuk tablet untuk infeksi cacing gelang dan sebagai pengobatan lini kedua untuk kudis serta rosacea, suatu kondisi kulit yang menyebabkan kemerahan atau pembuluh darah terlihat di wajah.
Berdasarkan Healthline, tablet oral Invermectin bekerja dengan cara mengikat bagian-bagian di dalam parasit.
Obat ini akhirnya melumpuhkan dan membunuh parasit, atau menghentikan parasit dewasa membuat larva untuk sementara waktu.
Diketahui perusahaan obat farmasi yang membuat Ivermectin, MSD, telah menyumbangkan obat itu ke negara-negara berkembang untuk mengobati penyakit parasit, kebuataan dan kaki gajah selama 30 tahun terakhir.
Baca Juga: Hamil Setelah 10 Tahun Kosong Seperti Rianti Cartwright, Perlu Minum Obat?
Bagaimana Ivermectin dapat mengatasi Covid-19?
Dari data yang ditulis ilmuwan dari Monash University dan Doherty Institute , Ivermectin mampu menghentikan virus bereplikasi dalam waktu 48 jam atau dua hari.
Obat ini juga terbukti menghentikan virus lain seperti HIV, demam berdarah, influenza dan Zika, bereplikasi dalam uji coba laboratorium.
Sebenarnya masih belum jelas bagiamana antiparasit ini bekerja, tetapi tampaknya dengan cara menghentikan proses yang memungkinkan protein untuk bergerak dalam virus.
Protein-protein ini biasanya akan meredam respon antivirus tubuh, memungkinkan virus untuk bereplikasi dan meningkatkan infeksi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya