Suara.com - Cegah Marah Saat Temani Anak Belajar, Orangtua Harus Cukup Istirahat
Kerja dari rumah alias WFH bisa menjadi beban tambahan ketika orangtua juga wajib menemani anak belajar online dari rumah.
Tak jarang, padatnya aktivitas ini membuat orangtua rentan emosi dan marah-marah saat menemani anak belajar. Hal ini tentu merugikan orangtua dan anak, baik dari segi hasil bejalar maupun mental.
Nah, Najeela Shihab, Pendidik dan Pendiri Keluarga Kita memberikan solusinya. Hal ini juga ia lakukan pada dirinya sendiri karena ia juga menjalani sebagai orang tua yang bekerja dari rumah dan menemani anak belajar di rumah.
Yang pertama adalah memastikan bahwa kita sendiri sudah memenuhi kebutuhan kita sendiri.
"Jadi yang saya praktikkan setiap hari itu saya memastikan bahwa hal-hal yang esensial (sudah terpenuhi). Makan sehat, cukup olahraga, istirahat cukup," katanya dalam acara #YangPentingBelajar di Rumah: Memaksimalkan Peran Orang Tua dalam Mendampingi Produktivitas Anak dan Keluarga, Kamis (16/4/2020).
Sehingga sebagai orang tua juga perlu memikirkan kebutuhan diri kita tak hanya anak dan keluarga.
Menurut Ela, sapaannya, jika kita menghadapi anak dengan kondisi tidak siap dan tidak semangat, tentu akan jauh lebih mudah untuk terpicu emosi dan sebagainya.
Kemudian yang selanjutnya adalah mengurangi rasa ekspektasi. Tidak ada orang tua yang sempurna apalagi di tengah wabah.
Baca Juga: Psikiater: Dalam Situasi Pandemi, Cemas dan Marah Itu Hal Wajar
"Makin harus mengelola ekspektasi kita bahwa ini memang proses belajar yang terus-menerus," imbuh Ela.
Terkadang memang kita memiliki rasa cemas, takut, dan kekhawatiran yang berlebihan pada anak. Apalagi mungkin rasa bersalah karena seharunya memiliki waktu yang panjang namun justru waktu bersama anak tidak optimal.
Ela menyebut dengan kita mampu mengelola emosi kita, nantinya kita akan menjadi contoh orang yang bisa mengelola emosi yang baik di depan anak kita.
Karena nantinya akan menjadi buruk apabila kita gagal mengelola emosi dan berhadapan dengan anak yang juga emosional. Pada akhirnya hal ini akan menjadi lingkaran negatif dalam keluarga.
Dampaknya bisa jadi kita sehat secara fisik di saat wabah, namun mental kita justru dirugikan, pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Patrick Kluivert Senyum Nih, 3 Sosok Kuat Calon Menpora, Ada Bos Eks Klub Liga 1
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah