Suara.com - Wabah virus corona telah memakan ratusan ribu korban dalam kurun waktu hampir empat bulan ini. Tetapi sayangnya, hingga ini belum ada obat untuk mengobati pasien Covid-19.
Dilansir BBC, sudah lebih dari 150 obat berbeda yang sedang diteliti di seluruh dunia, Sebagian besar terdiri dari obat yang sudah ada, diujicobakan untuk melawan virus corona baru.
Pakar kesehatan telah melakukan berbagai cara untuk menemukan pengobatan Covid-19:
- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meluncurkan sebuah penelitian global yang disebut 'uji coba Solidaritas', bertujuan untuk menilai perawatan apa yang paling menjanjikan.
- Inggris mengatakan percobaan Pemulihannya adalah yang terbesar di seluruh dunia, dengan lebih dari 5.000 pasien menjadi responden.
- Beberapa pusat penelitian di seluruh dunia berusaha menggunakan plasma darah pasien sembuh untuk pengobatan Covid-19.
Jenis obat ada yang mungkin berkerja untuk Covid-19?
Ada pendekatan luas yang diselidiki:
- Obat antivirus yang secara langsung memengaruhi kemampuan virus corona bereplikasi dalam tubuh.
Baca Juga: Keren, Cegah Corona Covid-19 di Chili Antar Obat & Masker Pakai Drone
- Obat-obatan yang dapat menenangkan sistem kekebalan tubuh. Seperti yang kita tahu, pasien menjadi sakit parah ketika sistem kekebalan tubuh mereka bereaksi berlebihan dan mulai menyebabkan kerusakan pada tubuh.
- Antibodi, baik dari darah pasien sembuh atau dibuat di laboratorium, dapat menyerang virus.
Bruce Aylward dari WHO mengatakan remdesivir adalah satu-satunya antivirus yang menunjukkan tanda efektivitas, setelah ia mengunjungi China.
Awalnya obat ini dibuat untuk Ebola, tetapi saat diuji coba untuk infeksi lain justru lebih efektif.
Sejak antivirus ini terbukti efektif dalam mengobati virus corona mematikan lainnya (SARS dan MERS) dalam penelitian terhadap hewan, ini mengarah juga pada harapan obat ini efektif untuk Covid-19.
Hasil uji coba yang dipimpin Universitas Chicago pun menunjukkan obat ini efektif. Ini adalah salah satu dari empat obat dalam uji coba Solidaritas WHO.
Berita Terkait
-
WHO Apresiasi Kemajuan Indonesia dalam Pengembangan Obat Herbal Modern
-
Pedagang Bongkar Praktik Culas Mafia Kuasai Ratusan Kios di Pasar Pramuka, Ini Ceritanya!
-
Anggaran Daerah Dipotong, Menteri Tito Minta Pemda Tiru Jurus Sukses Sultan HB X di Era Covid
-
Putus Rantai Cacingan, Kemenkes Ajak Orang Tua Rutin Beri Obat Cacing dan Jaga Kebersihan Anak
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Kisah Ibu Tunggal Anak Meninggal akibat Difteri Lupa Imunisasi, Dihantui Penyesalan!
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?
-
Manfaat Jeda Sejenak, Ketenangan yang Menyelamatkan di Tengah Hiruk Pikuk Kota
-
WHO Apresiasi Kemajuan Indonesia dalam Pengembangan Obat Herbal Modern
-
Stop Diet Ekstrem! 3 Langkah Sederhana Perbaiki Pencernaan, Badan Jadi Lebih Sehat
-
Prodia Skrining 23.000 Lansia di Indonesia, Dukung Deteksi Dini dan Pencegahan Demensia