Suara.com - Relawan Covid-19: Gizi Tidak Diperhatikan, Tenaga Medis Seperti Bunuh Diri
Sebagai garda terdepan dalam menangani pasien Covid-19, para tenaga medis sudah harusnya mendapat asupan makanan bergizi. Kedasaran itu yang kemudian mendorong Ahli Gizi Lidya untuk mendaftar kan diri sebagai relawan Percepatan penanganan Covid-19.
"Saya melihat teman-teman tenaga medis berjuang digaris depan lalu ada beberapa dosen saya yang sudah dipanggil Tuhan. Di situ saya tergerak. Mungkin saya tidak digaris depan. Tapi setidaknya kami ahli gizi bisa mendorong agar tenaga medis mendapat imun yang maksimal," cerita Lidya saat teleconference melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Rabu (29/4/2020).
Menurut Lidya, kecukupan gizi bagi tenaga medis juga sebagai upaya agar mereka dapat bekerja optimal untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
"Kalau gizi tenaga medis saja tidak diperhatikan, mereka hanya bunuh diri masuk ke dalam. Di situlah kita concern agar tenaga medis dan pasien dapatkan sesuaikan kebutuhannya," lanjutnya.
Para ahli gizi mengutamakan nutrisi protein pada makanan yang disajikan untuk para tim medis. Lidya menjelaskan bahwa protein menjadi salah satu sumber pembentuk imunitas yang baik bagi tubuh manusia.
"Salah satu sistem imun adalah protein seperti daging ayam, ikan dan sapi. Kita kombinasikan semua dengan pengolahan yang beda dan variasi," tuturnya.
Sejak dibuka pada awal April lalu, Gugus Tugas percepatan penanganan Covid-19 telah memiliki relawan sebanyak 28.900 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Koordinator relawan Gugus Tugas Andre Rahadian mengatakan bahwa dari jumlah tersebut, relawan yang berasal dari tenaga medis baru sekitar 5.500 orang.
"Terbanyak pada bidang logistik dan administrasi umum. Logistik untuk menyebarkan bantuan yang ada," ucapnya.
Baca Juga: Gara-gara Satu Pasien Corona, 61 Tenaga Medis di Indramayu Dikarantina
Ia menyampaikan, selama masa pandemi masih berlangsung, relawan yang paling dibutuhkan tentu pada tenaga medis. Dari jumlah 5.500 tenaga medis yang terdaftar sebagai relawan, sebenarnya baru 2.500 sampai 3.000 yang siap membantu.
Sementara lainnya terkendala surat registrasi dan surat kesediaan dari keluarga. "Karena memang ini waktu mereka ada di rumah sakit atau fasilitas kesahatan (sebagai relawan) paling tidak 30 hari," kata Andre.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan