Suara.com - Para ilmuwan meyakini, bahwa virus corona menyebar melalui tetesan liur yang melompat di udara ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Hal tersebut yang kemudian menunjukkan, bahwa ruang dengan ventilasi buruk, seperti perkantoran akan meningkatkan risiko.
Melansir dari Business Insider, sebuah studi di kantor call center Seoul, Korea Selatan, mengungkapkan bahwa hampir setengah dari karyawan di satu lantai kantor terinfeksi virus corona.
Menurut William Schaffner, seorang profesor penyakit menular di Universitas Vanderbilt, partikel-partikel virus corona dapat lebih mudah berlama-lama di udara dalam ruang kecil seperti lift.
"Dalam ruang tertutup yang begitu rapat tanpa pergerakan udara yang kuat untuk waktu yang singkat, saya khawatir Anda mungkin akan terpapar," kata Schaffner.
Wabah di call center Seoul memberikan studi kasus yang jelas tentang transmisi di perkantoran. Dari 811 karyawan, 97 orang terinfeksi di mana 94 di antaranya berada dalam lantai yang sama.
“Meskipun ada interaksi yang cukup besar antara pekerja di lantai X gedung yang berbeda di lift dan lobi, penyebaran Covid-19 hampir secara eksklusif terbatas pada lantai 11, yang menunjukkan bahwa durasi interaksi kemungkinan merupakan fasilitator penyebaran” tulis CDC Korea dalam laporannya.
Hal yang sama berlaku untuk rumah sakit.
Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Nature menemukan bahwa partikel virus terkonsentrasi di udara dalam area toilet 9 kaki persegi di kamar pasien rumah sakit Wuhan, China. Toilet tersebut tidak berventilasi.
Namun, di daerah bangsal berventilasi, jumlah virus sangat rendah. Hal ini membuat sebagian besar penularan virus corona terjadi di dalam ruangan.
Baca Juga: Video Ceramah Singgung Radikalisme Hilang, UGM Dipertanyakan Warganet
Sebuah laporan awal dari para ilmuwan Jepang menyatakan, bahwa kemungkinan orang yang terinfeksi Covid-19 di lingkungan tertutup adalah 18,7 kali lebih besar dibandingkan dengan lingkungan terbuka.
“Prinsip umumnya, di luar lebih baik daripada di dalam; terbuka lebih baik daripada tertutup; lebih sedikit lebih baik daripada lebih banyak orang; dan menjauh dari orang sakit,” kata Dr. Erich Anderer, seorang ahli bedah saraf.
Restoran, penjara, dan panti jompo semuanya berisiko tinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi Pegadaian, Tembus Rp 2.565.000
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
Terkini
-
Tips Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Menstruasi untuk Remaja Sehat dan Percaya Diri
-
Lagi Stres Kok Jadi Makan Berlebihan? Ini Penjelasan Psikolog Klinis
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat