Suara.com - Sebelum pandemi Covid-19 ada, apakah Anda memperhatikan bahwa setiap 12 Mei adalah Hari Perawat Internasional?
Seperti profesi lainnya, perawat juga menjadi salah satu bidang pekerjaan yang jasanya sangat dibutuhkan semua orang. Terutama di tengah pandemi Covid-19 seperti ini.
Namun ternyata, pekerjaan mereka baru mulai 'dilirik' sejak wabah virus corona merebak. Setidaknya, inilah yang dikatakan oleh seorang perawat senior Belinda Clough, yang sekarang menjadi spesialis pendidikan klinis di Sekolah Perawat dan Kebiadanan Susan Wakil di Universitas Sydney.
Berbicara kepada Abc.net.au, Clough menceritakan bagaimana rekan-rekan perawatnya berjuang melawan Covid-19.
"Saya juga telah melihat beragam reaksi terhadap tanggapan publik dari perawat secara lebih luas, yaitu kebanggaan luar biasa diwarnai dengan kekecewaan dan kemarahan," kisahnya.
Clough mengatakan mereka merasa bangga lantaran perawat akhirnya mendapat pengakuan yang layak diterima. Pekerjaan perawat yang sering disembunyikan telah terungkap.
"Kami bangga dengan kerja keras kolektif kami, belas kasih, profesionalisme, humor yang baik, dan ketahanan dalam situasi yang paling sulit."
Menurut Clough, persahabatan antara perawat juga paling jelas saat di masa-masa sulit.
"Sungguh menggembirakan menyaksikan para perawat mendukung satu sama lain dan berbagi pengetahuan baru ketika penelitian Covid-19 muncul, juga strategi mengatasi dan saran tentang bagaimana terus membangun hubungan yang baik dengan pasien Anda, terutama ketika mereka tidak dapat melihat wajah Anda karena terlalu banyak APD."
Baca Juga: COVID-19 dan Migrasi Ruang Digital
Perawat telah belajar untuk tidak mengharapkan penghargaan untuk hal-hal seperti ini, sebab, mereka tahu apa yang harus dihadapi saat terjun dalam profesi ini, katanya.
Tetapi diwarnai dengan kemarahan
Clough mengingatkan, meski mereka bangga dan senang, pekerjaan ini juga tetap diwarnai dengan kekecewaan dan kemarahan.
"Di antara semua itu, ada banyak laporan tentang perawat (memakai) scrub yang dilecehkan di depan umum, menimbulkan pertanyaan tentang apakah perawat telah menjadi 'pahlawan dari kejauhan tetapi kusta dari jarak dekat' karena paparan mereka."
Perawat memahami, mungkin lebih dari sebagian besar profesi, kata Clough, sejauh mana ketakutan dapat menyebabkan kemarahan yang salah arah dan sering kali menjadi pelecehan.
"Yang paling memprihatinkan, perawat dan petugas kesehatan lainnya kehilangan peralatan perlindungan pribadi yang penting karena kekurangan pasokan, dan di beberapa bagian dunia mereka telah meninggal karena virus corona."
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental