Suara.com - Para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memeringatkan tentang kemungkinan munculnya krisis kesehatan mental global akibat pandemi Covid-19.
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), prediksi tersebut muncul karena banyaknya orang yang berada di bawah tekanan psikologis selama pandemi.
"Tekanan psikologis dalam masyarakat tersebar luas, kenaikan jangka panjang dalam jumlah dan tingkat keparahan masalah kesehatan mental mungkin terjadi," kata pihak PBB dalam sebuah siaran singkat pada Rabu (13/5/2020).
PBB menyatakan, bahwa pandemi telah menimbulkan benih-benih krisis kesehatan mental yang besar. Banyak orang merasa tertekan oleh isolasi fisik yang disebabkan oleh jarak sosial, ketakutan akan infeksi, ketakutan akan meninggal atau kehilangan orang yang dicintai.
Hampir 300.000 orang telah meninggal dan lebih dari 4,3 juta telah terinfeksi di seluruh dunia sejak virus corona pertama kali dilaporkan di China akhir tahun 2019.
Kecemasan tentang gejolak ekonomi serta potensi hilangnya pendapatan dan mata pencaharian juga memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyerukan tindakan untuk segera mengatasi krisis mental yang membayangi.
"Mereka yang paling berisiko adalah petugas kesehatan garis depan, orang tua, remaja dan orang muda, mereka yang memiliki kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya serta mereka yang terjebak dalam konflik dan krisis," kata Guterres dalam pesan video.
"Kita harus membantu mereka dan berdiri di samping mereka," tambahnya.
Baca Juga: Cerita Adama Traore, Selalu Baca Al-Qur'an sebelum Bertanding
Devora Kestel, kepala departemen kesehatan mental dan penyalahgunaan zat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan pekerja perawatan kesehatan sangat berisiko.
"Ada beberapa survei yang dilakukan di Kanada di mana 47 persen petugas layanan kesehatan melaporkan perlunya dukungan psikologis, jadi hampir setengahnya," kata Kestel.
“Di China, kami memiliki angka berbeda untuk depresi ada 50 persen, kecemasan 45 persen, insomnia 34 persen," tambahnya.
Studi China yan diterbitkan dalam General Psychiatry pada bulan Maret, meneliti sekitar 52.730 orang dari 36 provinsi.
Dari 35 persen responden yang tertekan, yang paling parah adalah orang dewasa muda yang memperoleh terlalu banyak informasi tentang wabah dari media sosial, orang lanjut usia yang lebih rentan terhadap penyakit, dan pekerja migran.
Sementara itu, para peneliti Australia dan Inggris mengemukakan bahwa pandemi ini dapat memicu penyakit mental yang lebih parah, dengan sejumlah kecil berpotensi berisiko terserang psikosis.
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa