Suara.com - Mengapa Ada Masyarakat yang Masih Melanggar PSBB? Ahli Jiwa Ungkap Fakta
Tingginya pelanggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat penerapan new normal yang dicanangkan pemerintah terancam gagal.
Lalu, apa penyebab masyarakat masih sering melanggar PSBB dan tidak mengikuti aturan?
Jika ditelisik dari perspektif ilmu psikologi dan kejiwaan, dokter jiwa dari klinik psikosomatik RS Omni Alam Sutera, dr. Andri, Sp.KJ, FAPM, mengatakan jawabannya sangat beragam.
"Mengapa PSBB tidak efektif mengubah perilaku masyarakat? Maka jawabannya bisa banyak. Dari tidak adanya solidaritas antara kita sebagai masyarakat, ketidakpedulian kita, hingga rasa mau menang sendiri bisa jadi jawabannya," terang dr. Andri dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (25/5/2020).
Alasan lain menurut dr. Andri adalah masyarakat yang belum mengerti penuh tentang betapa berbahanya virus Corona Covid-19.
"Atau juga mungkin pandemi ini belum sepenuhnya di mengerti masyarakat tentang bahaya dan kemungkinan menularkannya walaupun setiap hari pemerintah hadir di media dan TV," ungkapnya.
Di sisi lain, alasan mencari nafkah dan faktor ekonomi tidak sepenuhnya bisa dijadikan pembenaran. Sebab, masih ada masyarakat yang keluar hanya karena ingin berkumpul dan bercengkrama tanpa adanya alasan yang kuat.
Padahal menurut dr. Andri, aturan PSBB dibuat untuk mencegah penyebaran virus Corona Covid-19 yang saat ini tengah menjadi pandemi di seluruh dunia.
Baca Juga: Panduan New Normal Indonesia dari Menkes Terawan Bukan Barang Baru
Aturan-aturan baru seperti memakai masker dan berkendara dengan penumpang terbatas merupakan upaya untuk menekan laju penularan penyakit. Aturan-aturan baru ini menurutnya, sama seperti konsep terapi perilaku di ilmu psikiatri.
"Dalam ilmu psikiatri sebenarnya ketika terapi perilaku dilakukan dengan baik oleh pasien, maka akhirnya akan tercipta perilaku baru yang lebih adaptif dengan kondisi pasien. Hal ini akan membuat kualitas hidup pasien sendiri akan meningkat," tutur pemilik akun Twitter @Mbahndi ini.
Jika peraturan PSBB saja bisa dilanggar, maka perilaku new normal seperti menggunakan masker ketika bepergian keluar rumah, menjaga jarak di tempat umum, hingga mencuci tangan menggunakan sabun sangat mungkin tidak dilakukan.
"Masyarakat akan menganggap pandemi sudah berlalu dan kita kembali seperti semula. Padahal kalau melihat grafik penambahan kasus sendiri di Indonesia sepertinya belum mengalami stagnasi tetapi cenderung terus bertambah," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?