Suara.com - Demi menemukan asal virus corona yang sekarang menginfeksi lebih dari enam juta orang di seluruh dunia, peneliti mempelajari genetika dari virus lebih dalam.
Peneliti menyimpulkan bahwa virus corona kemungkinan telah menginfeksi kelelawar dan trenggiling jauh sebelum menular ke manusia. Studi ini diumumkan pada Jumat (29/5/2020).
Meski begitu, mereka mengaku masih terlalu dini untuk menunjuk trenggiling sebagai pemicu pandemi Covid-19 dan mengatakan sepertiga dari spesies hewan ini mungkin telah menjadi inang bagi virus.
Dari studi ini, yang jelas adalah bahwa virus corona telah bertukar berulang kali dengan strain yang sama menginfeksi kelelawar, trenggiling, dan kemungkinan spesies ketiga, tulis peneliti dari Unoversitas Duke, Laboratorium Nasional Los Alamos dan lainnya.
Hal jelas lainnya adalah bahwa orang perlu mengurangi kontak dengan hewan liar yang dapat menularkan infeksi baru.
Ini adalah hasil analisis 43 genom lengkap dari tiga jenis virus corona yang menginfeksi kelelawar, trenggiling. Virus ini menyerupai corona Covid-19.
"Dalam penelitian kami, kami menunjukkan bahwa memang SARS-CoV-2 memiliki sejarah evolusi panjang yang mencakup perombakan materi genetik dari virus corona pada kelelawar atau trenggiling sebelum memperoleh kemampuannya untuk melompat ke manusia," kata Elena Giorgi, staf ilmuwan di Laboratorium Nasional Los Alamos.
Tetapi peneliti mengatakan mereka mungkin meloloskan trenggiling dari dugaan penyebab pandemi.
"Virus corona pada trenggiling yang saat ini diambil sampel terlalu berbeda dari SARS-CoV-2 untuk menjadi 'nenek moyang' terakhirnya," catat mereka.
Baca Juga: Pakar: Hubungan Manusia dan Hewan Lahirkan Wabah Penyakit Menular
"Mungkin juga bahwa ada inang lain yang (dapat) terinfeksi virus corona tapi belum teridentifikasi... Jika galur SARS-CoV-2 yang baru tidak menyebabkan infeksi luas pada inang alami atau perantara, galur semacam itu mungkin tidak pernah dapat diidentifikasi," sambung mereka.
Namun, pengertian orang-orang sekarang bahwa mereka terinfeksi virus corona melalui pasar hewan laut, di mana banyak spesies hewan hidup dikurung dan dijual.
"Sementara reservoir SARS-CoV-2 masih dicari, satu hal yang jelas, megurangi atau memutus kontak langsung manusia dengan hewan liar sangat penting untuk mencegah zoonosis virus corona baru di masa depan," simpul peneliti.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
Terkini
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal