Suara.com - Sakit kejang demam secara umum hanya dialami oleh balita berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Bagi orangtua baru, mereka mungkin akan panik ketika anaknya mengalami kejang demam.
Dokter spesialis anak dr. Harijadi, Sp.A, mengingatkan sebaiknya orangtua tidak perlu cemas. Karena umumnya kejang demam hanya terjadi kurang dari lima menit, yang disebut dengan kejang demam sederhana.
Menurut Harijadi, 80 persen yang dialami balita merupakan kejang demam sederhana.
"Kejangnya seluruh tubuh bisa kelojotan atau kaku dan tidak berulang dalam waktu 24 jam," kata Harijadi dalam webinar perayaan ulang tahun IDAI yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Primaku, Selasa (9/6/2020).
Tetapi jika kejang demam terjadi hingga mencapai atau lebih dari 15 menit dan berulang dalam 24 jam, maka disebut kejang demam kompleks. Harijadi menjelaskan bahwa kejang kompleks biasanya terjadi pada seluruh tubuh tetapi didahului dari salah satu sisi.
Dokter Harijadi menjelaskan bahwa risiko anak usia 6 bulan hinga 5 tahun mengalami kejang demam hanya sebesar 2-5 persen. Umumnya kejang hanya terjadi saat anak mengalami demam di atas 39 derajat Celsius dalam waktu 24 jam.
"Semakin tinggi demam, semakin berisiko mengalami kejang. Tapi misalnya anak demam tinggi tapi sudah hari ketiga, itu tidak terlalu berisiko besar terjadi kejang demam," kata Harijadi.
Agar orangtua tidak panik, ada baiknya mengetahui fakta dan mitos seputar kejang demam.
1. Kejang demam tidak berbahaya
Baca Juga: Inggris Kembangkan Pengobatan Berbasis Ganja untuk Bayi Berisiko Kejang
Secara penelitian, tidak terbukti kejang demam bisa menimbulkan kecatatan fisik atau kematian, kata dokter Harijadi. Tumbuh kembang anak juga akan tetap normal. Tetapi jika setelah kejang terjadi kelainan, bisa segera diperiksa ke dokter karena kemungkinan bukan terjadi kejang demam.
Selain itu, Harijadi mengingatkan, anak yang baru mengalami kejang demam juga tetap harus mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.
"Kejang demam tidak berbahaya, jadi anak yang kejang demam harus tetap mendapat imunisasi sesuai jadwal. Secara umum batuk pilek juga tidak menghalangi anak untuk imunisasi," katanya.
2. Pemeriksaan laboratorium
Secara umum pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejadian kejang demam. Harijadi menyampaikan bahwa pengambilan tes laboratorium untuk mencari penyebab demam, bukan penyebab kejang. Karena demamlah yang menyebabkan terjadinya kejang.
Jika anak mengalami menurunan trombosit saat kejang demam kemungkinan ada penyakit lain yang dialaminya, seperti demam berdarah. Menurut Harijadi, secara umum kejang demam tidak akan memengaruhi hasil tes laboratorium.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia