Suara.com - Virus corona Covid-19 telah menyebabkan lebih banyak kerusakan dalam tubuh. Banyak orang bahkan mengalami masalah pernapasan berat, harus menjalani rawat inap hingga kematian.
Sebuah studi baru pun menemukan bahwa mereka yang kekurangan enzim tertentu dalam ginjal bisa menderita infeksi virus corona Covid-19 yang lebih buruk.
Para peneliti dari Yale School of Medicine dilansir dari Express, telah menemukan bahwa pasien virus corona Covid-19 dengan kadar protein darah lebih rendah bisa mengembangkan hasil kesehatan yang lebih buruk.
Enzim tersebut dikenal sebagai renalase, yang dikeluarkan darah dari ginjal dan memainkan peran dalam mengatur tekanan darah. Enzim ini bertugas melawan peradangan yang merupakan faktor kunci seseorang melawan suatu virus.
Studi ini menemukan bahwa mereka yang memiliki kadar enzim renalase rendah dalam tubuh, sebanyak 68 persen lebih mungkin mengalami kesulitan bernapas dan membutuhkan ventilator.
Pasien virus corona Covid-19 dengan enzim renalase yang rendah juga lebih mungkin meninggal dunia, meskipun menjalani perawatan medis di rumah sakit.
Apa itu renalase?
Renalase adalah hormon enzim yang disekresikan oleh ginjal dan membantu sirkulasi darah serta tekanan darah. Enzim renalase cukup banyak di ginjal dan ada dalam jumlah lebih rendah di jantung, otot rangka serta usus kecil.
Renalase juga salah satu protein yang melindungi tubuh dari cedera iskemik pada ginjal dan jantung. Para peneliti pun menganalisis tingkat renalase pada 51 pasien virus corona di Rumah Sakit Yale New Haven.
Baca Juga: Masker Kain 3 Lapis Rekomendasi WHO, Ini Fungsi Tiap Lapisan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 14 pasien dengan tingkat renalase terendah mengalami gejala lebih parah dari virus corona Covid-19. Sedangkan pasien dengan tingkat tinggi renalase, berhasil melawan virus setelah 20 hari perawatan di rumah sakit.
Setelah 40 hari, kelompok tingkat tinggi memiliki peluang 65 persen bertahan hidup dan kelompok tingkat rendah memiliki peluang 30 persen.
Pasien dengan tingkat renalase terendah juga lebih mungkin meninggal dunia daripada mereka yang memiliki kadar protein darah lebih tinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan