Suara.com - Anak dianggap telah menjadi sasaran empuk produsen rokok untuk kemudian diduga dijadikan target konsumen.
Alasannya, anak kerap merasa penasaran karena terkena iming-iming dan dalam kondisi sedang mencari identitas diri, khususnya tertarik karena memiliki teman sebaya yang juga merokok.
Dikatakan oleh Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Lenny N. Rosalin mengatakan pentingnya sinergi seluruh stakeholders untuk mencegah anak-anak dari bahaya rokok.
Anak, kata Lenny, bisa terpapar lewat iklan, promosi dan sponsor rokok. Untuk itu ia menekankan pentingnya memperluas kawasan tanpa rokok karena bisa mengancam generasi penerus bangsa.
Lenny mengatakan setidaknya ada berbagai cara untuk menjauhkan anak dari tertular kebiasaan merokok. Salah satunya dengan intervensi dari teman sebaya, misalnya forum anak yang dibentuk langsung KemenPPPA, mereka bisa terjun langsung membantu mengawasi dan saling mengingatkan.
"Kami mengajak anak-anak di seluruh Indonesia yang tergabung dalam wadah partisipasi Forum Anak untuk berperan aktif sebagai pelopor dan pelapor (2P), menyuarakan aspirasi terkait isu-isu anak, tidak terkecuali bahaya rokok. Anak-anak berperan penting dalam menyuarakan perlindungan anak dari bahaya rokok baik bagi diri sendiri, keluarga, teman sebaya atau kelompok, sekolah, dan masyarakat luas,” terang Lenny.
Sementara itu menurut data Profil Anak KemenPPPA 2019, 29 persen remaja akan merokok saat berkumpul dengan teman sebanyaknya. Sehingga jika tidak dihentikan kebiasaan merokok ini akan semakin meluas dari kelompok-kelompok pergaulan, dan memperbanyak perokok pemula.
Periode 2001 hingga 2016, perokok anak usia 15 hingga 19 tahun meningkat dua kali lipat. Riskesdas 2018 menunjukkan 2,1 persen anak berusia 10 hingga 14 tahun menjadi perokok.
Meski presentasenya kecil, jika dibandingkan dengan jumlah anak Indonesia maka diperoleh angka absolut yang cukup besar.
Baca Juga: Harga Rokok Murah Artinya Orang Miskin Akan Semakin Banyak
Iklan, promosi, dan sponsor rokok terbukti telah menjerumuskan anak menjadi perokok. Sebanyak 74,2 persen anak terbujuk dari paparan iklan rokok, 46,6 persen dari sponsor pada acara olahraga, 39,1 persen dari logo pada merchandise, 39 persen dari sponsor di acara musik, dan lain-lain, seperti diungkap data TSC-IAKMI 2017.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara