Suara.com - Pasien Covid-19 tanpa gejala atau bisa disebut dengan Orang Tanpa Gejala (OTG) mungkin memiliki tingkat kekebalan yang jauh lebih rendah terhadap virus dibandingkan orang yang menjadi sakit parah.
Dilansir dari Times of India, hal itu didasarkan pada penelitian yang terbit Kamis (18/06/2020).
Para peneliti yang berbasis di China membandingkan dua kelompok orang yang terinfeksi Covid-19 di distrik Wanzhou, Chongqing. Mereka meneliti 37 orang yang menunjukkan gejala versus 37 orang yang tidak.
Para peneliti menganalisis sampel darah dari kedua kelompok yang diambil beberapa minggu setelah pulih dan menemukan bahwa hanya 62,2 persen kelompok asimptomatik (tanpa gejala) yang memiliki antibodi jangka pendek, dibandingkan dengan 78,4 persen pasien simptomatik.
Setelah delapan minggu pemulihan, kehadiran antibodi telah turun pada 81,1 persen pasien tanpa gejala, dibandingkan dengan 62,2 persen pasien dengan gejala.
Terlebih lagi, pasien asimptomatik ditemukan memiliki kadar protein pensinyalan sel pro-antiinflamasi yang lebih rendah daripada kelompok simtomatik, menunjukkan respons kekebalan yang lebih lemah terhadap Covid-19.
Penulis penelitian, yang diterbitkan dalam Nature Medicine, mengatakan temuan mereka mempertanyakan gagasan bahwa setiap orang yang terjangkit Covid-19 dapat kebal terhadap infeksi di masa depan.
"Data ini mungkin menunjukkan risiko menggunakan 'paspor kekebalan' Covid-19 dan mendukung perpanjangan intervensi kesehatan masyarakat, termasuk menjauhkan sosial, kebersihan, isolasi kelompok berisiko tinggi dan pengujian luas," catat mereka.
Danny Altmann, juru bicara British Society for Immunology serta profesor Imunologi di Imperial College London, mengatakan penelitian ini menimbulkan pertanyaan penting untuk memerangi Covid-19.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Virus Corona di Italia Menyebar sejak Bulan Desember
"Banyak data imunologi sejauh ini berasal dari analisis pasien yang paling sakit dan dirawat di rumah sakit, tetapi kebanyakan orang yang telah terkena dampak ringan ingin tahu apakah ini kemungkinan memberikan kekebalan yang tahan lama dan protektif," katanya.
Altmann mengatakan itu adalah "titik penting dan berpotensi mengkhawatirkan", bahwa banyak pasien dalam penelitian ini menunjukkan penurunan kadar antibodi yang signifikan hanya dalam dua bulan.
"Meskipun ini adalah sampel pasien dalam jumlah yang sangat kecil, ini sejalan dengan beberapa kekhawatiran bahwa kekebalan alami terhadap Covid-19 dapat berumur pendek," kata Altmann, yang tidak terlibat dalam penelitian.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja