Bagi penderita takikardi yang disertai dengan gangguan irama jantung diperlukan penanganan untuk memperlambat detak jantung berupa:
Manuver vagal: Dokter akan melakukan manuver ini dengan menekan daerah leher. Penekanan ini akan mempengaruhi saraf vagus, yang akan membantu memperlambat detak jantung.
Pemberian obat: Dokter dapat memberi obat antiaritmia, seperti antagonis kalsium atau penghambat beta, untuk menormalkan kembali detak jantung. Selain itu, dokter juga dapat meresepkan obat pengencer darah, sebab penderita takikardia berisiko tinggi mengalami penggumpalan darah.
Kardioversi: Dalam prosedur ini, sengatan listrik dikirimkan ke jantung. Aliran listrik akan memengaruhi impuls listrik pada jantung dan menormalkan kembali irama detak jantung.
Ablasi: Pada prosedur ini, akan menggunakan media selang kecil atau kateter yang dimasukkan melalui pangkal paha, lengan, atau leher. Kateter ini akan diarahkan ke jantung, dan akan mengeluarkan energi radio frekuensi atau pembekuan untuk menghancurkan jalur listrik yang tidak normal.
Pemasangan alat pacu jantung: Alat pacu jantung berukuran kecil akan ditanam di bawah kulit. Alat ini akan memancarkan gelombang elektrik yang membantu detak jantung menjadi normal.
Implantable cardioverter (ICD): Alat ini dipasang ketika episode takikardia yang dialami berisiko henti jantung dan mengancam nyawa. Alat ini dipasang di bagian dada dan bertugas memonitor detak jantung, kemudian mengirimkan gelombang listrik bila diperlukan.
Pembedahan: Pembedahan jantung diperlukan untuk menghilangkan jalur listrik tidak normal yang memicu takikardia.
Masyarakat bisa melakukan pencegahan takikardia dengan berhenti merokok, kontrol konsumsi minuman beralkohol atau minuman yang mengandung kafein, menjaga berat badan ideal, serta tekanan darah dan kadar kolesterol normal.
Baca Juga: Melambat atau Meningkat, Perubahan Detak Jantung Bisa Jadi Tanda Bahaya!
Selain itu, masyarakat juga harus berolahraga rutin dan mengonsumsi makanan yang sehat, hindari penggunaan NAPZA, berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan bebas, dan pastikan untuk selalu mematuhi petunjuk pemakaian, tidak stres dan memeriksakan kesehatan ke dokter secara rutin.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi