Suara.com - Cyberbullying atau perundungan siber telah dikaitkan dengan berbagai gejala gangguan pada mental, khusunya gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Ironisnya, PTSD tidak hanya terjadi pada korban tetapi juga pada pelaku.
Dilansir dari CNN, sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 2000 remaja di Inggris menunjukkan, bahwa seperempat remaja yang terlibat perundungan siber menderita gejala-gejala PTSD. Studi tersebut telah diterbitkan pada Selasa (22/6/220) di Archives of Disease in Childhood Journal.
PTSD sendiri adalah serangakan gejala yang diakibatkan oleh trauma dan bisa sangat menyulitkan. Gejala PTSD termasuk kecemasan, sulit tidur, mimpi buruk, kurang konsentrasi, pikiran negatif, dan mudah kaget.
Psikolog klinis Ana Pascual-Sánchez, salah satu penulis penelitian di Imperial College London, mengatakan timnya terkejut dengan hasil itu.
"Agresi yang mengekspos perundungan pada situasi-situasi kekerasan yang potensial membuat mereka dapat kehilangan kendali dan bahkan merasa rentan pada suatu titik atau penyesalan bisa menyebabkan ingatan yang mengganggu," kata Pascual-Sánchez.
Lebih dari 2.200 remaja berusia 11 hingga 19 dari empat sekolah di London ditanyai untuk penelitian ini. Para peneliti menggunakan Olweus Bully atau Victim Questionnaire untuk mempersempit jenis-jenis intimidasi.
Tiga puluh lima persen korban perundungan siber mendapat skor di atas ambang batas untuk gejala PTSD, sementara 29 remaja yang melakukan perundungan siber juga menunjukkan tanda-tanda PTSD.
"Perundung siber juga cenderung melakukan perundungan di dunia nyata," kata para peneliti.
"Sepertinya anonimitas yang disediakan oleh sarana online dapat meningkatkan risiko kejahatan cyberbullying, menyediakan platform yang mudah diakses dan yang dapat menjangkau orang lain dengan cepat dan mudah," kata Pascual-Sánchez.
Baca Juga: Kabar Baik! Indonesia akan Produksi 17 Juta Baju Hazmat Per Bulan
Karena ini adalah studi informasi, tidak ada temuan resmi tentang mengapa beberapa perundung juga menunjukkan gejala PTSD.
"Penelitian lebih lanjut perlu diselesaikan untuk memahami penyebab dan untuk menyelami lebih dalam gejalanya," kata Pascual-Sánchez.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental